Minggu, 03 Juni 2012

Pilihan Hidup

ketika umur sudah mampu berbicara
akal sudah berkembang penuh
serta pendukung lainnya menyanggupi untuk berjalan beriringan?
lalu.. apa yang saya tunggu?? selain mengolah segala luka dengan keberanian
mengamplas seluruh permukaannya dan mengembalikan lapisan paling luar menjadi permukaan yang utuh lagi..
membangun butiran masa depan, mengepak semua masalalu sebagai catatan..
merubah pola hidup dan tingkah laku sesuai dengan komitmen dan memegang teguh janji akan arti sebuah kesetiaan...
itu adalah sebuah niat.. kemauan... dan pilihan hidup..
ini jalanku... ini pilihanku....
hanya itu yang bisa kukatakan Tuhan
pilihanku untuk tetap memilih satu untuk melengkapi segenap hidupku
separuh jiwaku dan memiliki seutuhnya rasa dalah hati ini
sudah bosan rasanya berkawan dengan bimbang dan ragu
semoga pemimpin pilihanku memang adalah takdir yang terukir dari Mu
 

Rabu, 04 April 2012

"nyanyian hati"

Berharap dapat selalu berjalan pada lintasan yang sama... membosankan memang rasanya... jenuh melanda, kebosanan, kebingungan dan deru kebisingan dalam kesunyian, malas rasanya untuk menggerakkan kaki ini, seakan patah tulang dan segera menghancur perlahan.
Rapuh.. lunglai.. mungkin itu sedikit penggambaran dari pandangan dan hasil analisa ringanku.
Tulang ini rasanya linu, menjerit, mengaduh dalam kebingungan hati yang gundah.
Dapat kau bayangkan bagaimana itu bisa terjadi? Proses apa yang sedang aku lalui. Apakah ini termasuk dalam tahap dan proses dalam pencapaian hidup yang saya dapat?
Indah hanya dalam mimpi, tak kubayangkan cermin dapat itu retak perlahan, serpihannya sangat menyayat hati, kulit seakan mengering, seakan butuh ribuan tahun lebih untuk dapat mengobatinya.
Rasanya lelah Tuhan.. bagaimana bisa Tuhan menghadirkan perasaan yang seharusnya tidak boleh tumbuh berkembang dalam hidupku ini.
Apa itu orang bilang Cinta itu Anugerah??? Apa iya??? Benarkah itu Tuhan??
Hmm... sepertinya aku tidak sependapat dengan anggapan itu... cinta itu menyiksaku perlahan Tuhan... letih aku rasa.. sungguh...
Menyiksa batin dan segenap jiwa raga ku... pedih.. mengikis kebahagiaan sendiri itu adalah kegiatan orang orang bodoh. Merasa dingin dalam kehangatan, merasa sepi dalam keramaian, merasa sakit dalam kebahagiaan. Pernah kamu merasa seperti ini??? Berbahagialah untuk mereka yang selalu merasa hangat dalam nyanyian hidupnya.
Tajam arahan hidup mendoktrin pikirku, untuk selalu berusaha berjalan seimbang dalam sebuah pilihan yang sulit, bagai merayap diatas seutas kawat tipis tanpa pertahanan penuh, dengan merentangkan kedua tangan, berjalan perlahan mempertahankan kata sama antara sisi kanan dan kiri, belajar menatap ke depan dengan tegas dan lugas, dan kemudian aku menutup mata dan berlari sekuat tenaga, dan lepas tak memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya. Intinya aku ingin berani... berani dalam segala hal.
Berani untuk memupuskan harapan yang ingin kubangun, berani menghapus mimpi yang pernah kulalui, berani mengikis segala pengharapan yang sedang mulai tumbuh.
Dan sekali lagi aku ingin berani menemukan kebahagiaanku kembalii... itu saja!!!

Senin, 27 Februari 2012

TUPOKSI (Tugas Prajab Gol III Angkatan V)

Jabatan : Staf Retribusi dan PLL
SKPD : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah
Tupoksi :

Tugas pokok di bidang retribusi adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang pendapatan dan pengelolaan aset daerah.
Fungsi di bidang retribusi dan PLL merumuskan kebijakan teknis bidang pendapatan daerah, pembinaan, fasilitasi dan pelaksanaan tugas di bidang retribusi dan pendapatan lain-lain.

Senin, 14 Februari 2011

Secangkir Cinta Di Ujung Senja


“Suit… suit… cewe… baru pulang ya neng??”

“Aih… manisnya… senyum lagi donk buat abang neng…!” goda cowo-cowo depan kos Neyna yang hampir tiap hari dan tiap waktu pasti ada disitu.

Entah apa saja yang dilakukan mereka hingga tengah malampun selalu saja disitu. Dan tak pernah mereka absen untuk menggoda Neyna yang setiap hari pasti melewati rumah itu. Neyna mahasiswi semester enam jurusan ekonomi di salah satu universitas negeri di Semarang. Neyna anak manis yang murah senyum itu hanya bisa tersenyum simpul pada tiap godaan cowo-cowo yang suka ngumpul-ngumpul di depan kosnya itu. Sebenernya sih Neyna ga begitu kenal dengan satu persatu orang yang suka ngumpul disitu, yang dia tau itu rumah Reza yang suka jadi basecamp buat nongkrong dan ngumpul-ngumpul ga jelas itu. Reza… hanya bisa memandangi langkah-langkah Neyna yang mulai masuk ke kosannya dan mulai menghilang dari pandangannya sambil tak lupa sebatang rokok selalu terselip di sela jari tangannya.

Itulah Reza tiada hari yang tak sempurna tanpa menghisap aroma bakaran tembakau dari rokoknya. Sepertinya kegiatan ini setiap kali dilakukan Reza bila melihat Neyna melintas di depannya. Reza memang tak pernah bosan untuk memperhatikan setiap gerak-gerik Neyna. Dihatinya selalu ada yang berbeda jika dia melihat sosok Neyna yang dilihatnya. Namun dia hanya bisa memandangi Neyna saja, tak kuasa dia menegurnya, tak mampu dia menyapanya, dan tak berkutik dia di depannya.

Sore itu Neyna duduk santai di balkon depan kamarnya yang ada dilantai dua menikmati secangkir teh panas dengan ditemani radio dari hapenya yang tak pernah dia lupakan untuk satu acara radio ini. Dana adalah salah satu penyiar yang Neyna idolakan di radio ini, bukan karna suaranya, bukan karna ocehannya, entah apa yang membuat Neyna menyukai Dana untuk siaran acara ini, seperti sudah klop dengan acara ini. Dana adalah penyiar salah satu radio swasta di Semarang yang doyan bawain acara secangkir cinta di ujung senja. Acaranya simple, hanya puter lagu, tisam, dan bahas-bahas seputar masalah kehidupan.

“Yah… masih disini nih… masih barengan sama Dana yang lagi kedinginan di sore ini nih…uh.. sore-sore gini nih enaknya ngapain yah?? Wah… enaknya tuh menikmati sore bareng orang yang terkasih yah…dan ga lupa dengerin Dana juga disini di secangkir cinta di ujung senja. Yah… ada pesen lagi dari Si gadis yang katanya lagi bingung dengan masalahnya yang sampai sekarang belum dapet-dapet pacar… wah.. sebenernya sih simple yah buat si Gadis… sendiri itu ga selamanya sepi kok. Kalau kamu bisa ngatur waktumu dengan kesibukan-kesibukan yang kamu suka juga kamu engga bakal pusing dan bingung karena belum punya yang terkasih karena pifikan dan waktu yang kamu punya bisa dimanfaatin dengan kesibukan yang kamu suka. Tenang aja katanya kan kita diciptakan di dunia itu sudah berpasang-pasangan jadi… kamu tunggu dan sabar aja yah Gadis, Dana yakin banget suatu saat kamu bakal nemuin bagian hatimu itu. Dan satu lagu spesial buat gadis yang bakal Dana munculin di sore ini dengan satu tembang manis di sore hari ini.

Reza yang sedang asik dengan rokoknya yang juga lagi duduk-duduk dengan ditemani secangkir kopi di dekat jendela kamarnya yang kebetulan tepat berhadapan dengan kamar Neyna yang juga ada di lantai dua, Reza sudah hapal dengan semua kegiatan Neyna apapun itu termasuk tentang kesukaan Neyna di acara radio secangkir cinta di ujung senja, begitu dalamnya rasa ingin mengenal Neyna sampai-sampai dia mencari tahu semua apa yang Neyna suka.

“Balik Lagi… di secangkir cinta di ujung senja… tapi jangan buat cinta kamu tenggelam oleh senja seperti cinta dari Raymond yang seperti biasa dia kirim sore hari ini untuk bidadari mungilnya yang bernama Neyna, buat Neyna si gadis virgo ucapannya keindahan dan kecantikanmu hari ini telah mengobati lukaku tanpa bekas dan membuat aku sanggup bertahan hidup di sini, di bumi ini, meski hanya untuk sekedar melihatmu dari jauh dan tak bisa menyentuh dan memelukmu secara nyata, mungkin hanya secangkir cinta dari hati yang terdalam yang bisa aku berikan lewat pesan ini dan semoga kau mengerti tentang artinya sebuah penantian untuk mengetahui dan mengerti. Wah… panjang juga yah pesannya tapi dalem nih..  wah… buat Neyna yang tak pernah absen nih salam dari Raymond buat kamu. Dan Ray minta Dana buat muterin lagu Selamanya Cinta dari Yana Yulio. Special banget buat kamu Neyna…” Hal ini yang menjadikan Neyna suka ngikutin acara radio ini, Neyna bener-bener dibuat penasaran dengan si pengirim pesan dan salam yang tiap hari tidak pernah absent untuknya itu.
Dia makin serius dengerinnya…

“Mba… ga usah serius banget gitu lah… !!” goda Sarah teman satu kos Neyna

“Huh… ngagetin ajah!”

“Kenapa?? da pesen lagi dari si misterius itu???” Tanya Sarah pada Neyna.

“Iya… dan aku… makin penasaran di buatnya…”

“Udahlah… dari pada bingung mikirin yang ga jelas, mending kita jalan-jalan yuks… cari angin ma cuci mata.” Ajak Sarah

“Kemana…??” Tanya Neyna

“Ya… kemana aja… makan kek cari camilan yuks… sore-sore gini, kan asik tuh nongkrong sambil ngemil… hehehe!”

“Ya… ayolah…”

Di kafe biasa, Neyna dan Sarah seringkali menghilangkan penat dari kesibukan kuliah dan penatnya hidup jauh dari keluarga. Suasananya cukup asik, tak banyak menu yang di suguhkan... hanya saja tempat dari tempat ini selalu membuat mereka nyaman dengan seduhan minuman hangat pesanan mereka.

“Ney, mang kamu penasaran banget yah ma si pengirim pesan itu…???” Tanya Sarah membuka pembicaraan sambil nunggu pesenan dateng

“Iya, banget!!! Tiap hari aku selalu dapet pesen dan kata-kata yang buat aku makin penasaran dan anehnya dia itu tau aku kaya gimana dan sepertinya akrab denganku, tapi siapa yah???”

“Hu… yang punya pemuja rahasia gitu… hehehe. Eh, dari pada kamu ngurusin hal yang engga jelas itu mending kamu ngeladenin ajakan Mas Reza Ney…. Dia jelas suka banget ma kamu… dan gitu ganteng banget lagi, huhuhu… ko dia malah naksirnya ma kamu sih Ney?? Tau gitu naksir ke aku aja kan udah jelas aku bakal ladenin. Hehehe”

“Emang iya apa dia suka beneran ma aku??? Aku takut Sar kalau ternyata dia cuma mau ge-er ge-erin aku doank. Huh… males banget….”
“Ney, dia tuh serius kale tiap kali ketemu aku dia pasti nitip salam buat kamu trus dia tanya-tanya kamu, buat apa coba klo cuma buat ge-erin kamu, kurang kerjaan aja kan?? Nah… masalahnya kamu beneran ini engga suka sama sekali sama Mas Reza?? Gila lo Ney kalo sampe beneran sama sekali engga ada rasa sama Dia??? Ga waras berarti lo Ney.”

“Enak aja ga waras… aku seneng sih, secara fisik dia ganteng Sar, tapi aku engga gitu kenal dia Sar. Dianya aja kaya gitu kalo ketemu aku. Suka cuek banget, sok sibuk dengan rokoknya. Huh… apa gitu dibilang suka beneran sama aku???”

“Aku yakin Ney kita liat aja yah usaha dia ke depan.” Tantang Sarah.

“Ok…” jawab Neyna mengiyakan perkataan Sarah.

“Menurutku.. kamu dan Reza itu cocok dan serasi sekali Ney. Mas Reza ganteng, Neyna cantik?? Klop kan??” Sarah menggoda dengan mengedip kedipkan matanya.

“Hahahaha… iya deh terserah penilaian kamu aja Sar. Tapi terkadang aku suka agak engga percaya sama omongan cowo ganteng. Biasanya banyak boongnya Sar. Males banget kan Sar?”

“Iya sih Ney, terkadang juga gitu Ney. Cowo ganteng suka bikin sakit ati, pasti karena banyak cewe cewe yang kejar kejar mereka. Kan jadi males juga yah Ney, idupnya ga tenang.” Sarah menambahkan.

“Nah tuh tau… itulah, kenapa aku masih meragukan Mas Reza.”
“Tapi… kamu aja sepertinya percaya banget dengan cowo misterius yang bernama Raymond itu? Padahal kamu kan ga pernah ketemu Ney dengan orang itu?”

“Iya Sar, aku juga aneh, serasa sudah mengenal lama dengan orang itu, tapi lebih anehnya lagi aku ga tau siapa orang itu? Hanya saja… perasaanku bilang kalau orang itu adalah orang baik, dan selebihnya aku ga bisa pastiin lagi siapa dia.” Penjelasan dari Neyna untuk penilaian dan terkaannya terhadap cowo pengirim tisam misterius itu.

“Aneh ya Ney.. rasa itu memang aneh kok Ney. Seperti rasa yang aku punya, terang namun membuatku patah arang. Kata orang perbadaan itu indah, tapi buat ku perbedaan itu menyakitkan Ney.” Ucap Sarah dengan nada kekecewaan dengan sesekali memutar mutar gelas minumnya.

“Perbedaan itu indah bila dipandang dari sudut mana dulu Sar. Tidak semua kata orang itu benar dan sesuai dengan kondisi kita Sar.”

“Iya betul sekali Ney, aku sudah lelah rasanya Ney, ingin menangispun sia sia. Lelah dengan kondisi aku dan dia yang berbeda, bukan karena beda pemikiran.. namun perbedaan yang sangat mendasar. Perbedaan keyakinan yang sulit untuk di satukan meski dengan tujuan yang sama.”

“Sar… mungkin kamu sedang di uji Tuhan untuk ilmu sabar. Dimana kamu diuji untuk menjaga tapi tetap mengendalikan emosi kamu untuk tidak berharap lebih di dalamnya. Karna setelah itu Tuhan akan beri kamu materi ilmu ikhlas… dimana kamu harus bisa melepasnya dan merelakan dia untuk kehidupan kalian masing masing. Itu adalah jika memang perbedaan itu tidak mungkin dapat disatukan.”

Perbincangan mereka makin lama makin larut dengan waktu dan rasa yang sedang mereka bincangkan. Dan penutupan obrolan berakhir setelah mereka mendengar suara kumandang adzan magrib. Melaju dengan motornya menuju ke kosan tercinta dengan berbekal penat yang sedikit berkurang untuk obrolan mereka hari ini.

Pagi ini Neyna seperti biasa ada kuliah pagi….  Seperti biasa dia langsung sibuk dengan buku-buku mata kuliahnya hari ini yang berserakan di kamarnya karena tugasnya semalaman itu. Dengan cepat Neyna memasukkan semua buku-buku dan tugasnya  ke tas kuliahnya, sudah lewat 10 menit. Doanya dalam hati saat menuju kampus adalah semoga dosen hari ini lebih terlambat dari dia, tapi sudah kepalang terlambat dan dosen sudah ada di depan kelas dengan segala macam ocehannya itu. Didorong oleh rasa malasnya yang menyergap sekujur tubuh nya itu Neyna jadi berbalik arah dan alhasil dia malah memilih dan memutuskan untuk bolos kuliah. Dan dia menuju kantin kampus yang ada lumayan deket dari kelasnya. Neyna duduk di salah satu meja di ujung kantin seraya mengatur nafasnya agar kembali teratur, sambil memesan secangkir capucinno hangat untuk pagi ini. Dan merogoh ponsel dari sakunya, dihubunginya teman sekelasnya.

Terdengar nada sambung pribadi dari ponsel Reni yang terdengar cukup aneh di telinganya, maklum Reni terkadang suka menggunakan lagu-lagu aneh yang asing di telinga Neyna.

“Apa Ney??? Kenapa ga masuk?” suara Reni bisik-bisik di ujung telp

“Aku kesiangan tadi… absenin yah… plisss!” mohon Neyna pada Reni

“Iyah, gampanglah ntar. Mang lo sekarang di mana???”

“Aku di kantin biasa… bete nih. Kamu kalo bosen kul ijin aja kluar sini temenin aku.” Ucap Neyna ajak Reni bolos.

“Ya udah ntar aku nyusul.”

“Hey, tapi jangan lupa absenin aku dulu yah… .”

“Iyah, bawel”

“klik” sambungan telp terputus. Neyna kembali asik dengan cappucinonya itu. Dan dikagetkan oleh getar ponselnya.

-SmS- dari 0818095077
            Hei… boleh kenalan ga?

Balas Pesan
             Sapa Neh??

-SmS- dari 0818095077
            Reza…. Sory klo ganggu. Lagi kuliah yah?
Balas Pesan
Reza sapa? Yang mana? Anak mana? Kenal aku dari mana? Dapet nomer aku dari mana? Koq tau aku kuliah?

-SmS-  dari 0818095077
Reza anak depan kosmu. Tau lah, siapa yang engga tau jadwal cewe secantik kamu? Dan engga akan susah buat cari nomer hp cewe secantik kamu.
Balas Pesan
            Makasih


-SmS-  dari 0818095077
Simpel banget jawabnya…. Ga Tanya-tanya balik nih??hehehe pulang kuliah sama siapa?? Boleh jemput kamu engga? Ya… itu sih klo kamu ga keberatan…
Balas Pesan
            Mm… ga tau ya mas… engga usah lah makasih. Aku engga mau ngerepotin orang

-SmS- dari 0818095077
            Oke deh… tapi aku siap kok kapan aja kamu butuh temen ato jemputan…

“Ney….. enak-enakan yah lo di sini malah santai-santai duduk-duduk sambil smsan gitu. Ga tau aku deg-degan tadi ternyata absennya dipanggil satu-satu.”

Reni dateng dengan segala ocehannya itu yang kadang bisa buat telinga kita langsung mengalami yang mananya gangguan karena getaran suara Reni yang selalu tidak beraturan. Tapi berhubung itu sudah terbiasa di telinga Neyna dan Neynapun akhirnya kebal dengtan suara-suara melengkingnya Reni yang ngalahin ringtone poliphonic dari hape rusak. Hehehe

“ Stop,,, sabar… sabar… minum dulu. Tenang yah… tenang… trus gimana tadi, kena kita?? Trus dianggep ga hadir gitu??” Tanya Neyna

“Ga sih… huh… untungnya yah… tu dosen kita tercinta itu sudah aga-aga pikun… hehehe biasa Pak Punto tuh mang harusnya dah pensiun, tapi tetep aja ngajar. Tadi pas dia panggil nama kamu aku suruh aja si Fani angkat tangannya. Dan dasar udah pikun kali yah… dia cuma manggut-manggut aja.hahahaha” cerita Reni dengan semangatnya.

“Syukur deh kalo gitu… trus acaranya nagapain?”

“Acaranya Si Dias dapet apes tuh. Masa tadi tiba-tiba disuruh maju dan kamu tau engga dia di suruh nagapain?”

“Ga, emang disuruh ngapain?”

“Disuruh gambar peta Kanada, lah… dia aja peta Indonesia bingung apalagi peta Kanada?? Hahahaha… gokil emang dosennya suka aneh-aneh dan satu lagi dia hari ini ceritain cucunya yang kuliah juga di kampus ini katanya ganteng gitu mirip sama dia waktu dia masih muda gitu. Aku sih cucunya ganteng pun juga ogah jadi pacar cucunya itu klo ada riwayat punya kakek kaya Pak Punto, huh… bisa-bisa aku di suruh baca peta buta buat test jadi calon istri untuk cucu tercintanya itu…” cerocos Reni yang makin menjadi-jadi sambil memesan segelas lemon tea kesukaannya.

“Hahahaha… ada-ada aja Ren…. Tapi Ren… satu masalahnya, kalo pun cucunya itu ganteng juga, nah… masalahnya itu Ren, dianya mau ga ma kamu???”

“Ah… sial, kau kira aku separah apa??? Gini-gini juga primadona kampung yah…dan tetap hanya kang fani lah yang berhak ada di hati dan fikiranku...hehehe”

“Ney, gimana dah ketemu belum si Raymond di secangkir cintamu itu?”

“Lum ada petunjuk yang pasti…. Aku dulu pernah coba ngehubungi Dana si penyiar nya secangkir cinta di ujung senja itu buat tanya nomer hape dari si pengirim pesan misterius itu, tapi aku coba hubungi nomernya engga pernah aktif…”

“Segitunya sih… dah lah… ga usah terlalu dipikir.”

“Eh Ren, tau ga sih barusan Mas Reza sms aku…”

“Maz Reza Sapa??? Kenalan baru??” Tanya Reni ingin tau

“Maz Reza…..” belum sempat melanjutkan kata-kata Reni udah maen potong pembicaraann aja.

“Eits… tunggu..tunggu.. Maz Reza yang rumahnya ada didepan kos mu itu??? Yang kamarnya persis berhadapan dengan kamarmu itukah??? Cowo keren yang punya senyum berlesung pipit itu?? Yang terlihat macho dalam suasana dan musim apapun itu?? yang ganteng itukah??? Yang sering nongkrong di depan kosanmu itukah???”

“Yupzzzz…. 100 untuk Reni….”

“Aduh… Ney… kenapa kamu engga seneng… sumpah aku tuh sering maen ke kosmu bukan karma kosmu yang pewe atau aku yang kangen pengen ketemu kamu atau aku kangen dengan ikan koki tersayangmu itu tapi ya… cuma satu… pengen ketemu dan ngeliat si Reza Ney….”

“Wah… parah nih… gejalanya kalo kaya gini… pantesan ada yang janggal dengan gerak-gerikmu di kos ku. Ada-ada aja kamu Ren.”

“Trus kamu jawab apa??”

“Biasa ajalah, secukupnya aja jawabnya mah takut over dosis… hahaha. Dah jam mata kuliah berikutnya nih… ke kelas yuks. Takutnya telat lagi kaya tadi.” Ajak Neyna pada Reni.

15 menit lagi kuliah selesai malah hujan deres. Huh… bikin kejebak di kampus aja. Sambil nunggu hujan reda Neyna duduk-duduk di depan kelas sambil buka-buka majalah.

”Ney, kamu pulang naik apah?” tanya Reni seusai kuliah

”aku tadi berangkat pake angkutan sai. Kenapa emangnya?”

”Engga... ujan deres gini, pulangmu gimana? Mau aku anter sekalian aja Ney?” tanya Reni dan menawarkan tebengan ke Neyna.

”Hmm.... iya yah gimana yah...?? tapi aku juga di pesenin ambil fotocopian titipan si Sarah Ren. Kalopun ikut kamu pulang musti ambil fotocopian dulu?”

”Ya udah sekalian aja atuh... ih.. nona yang satu ini memang terkadang berfikirnya berlebihan... suka tak praktis.”

”bukan begituuu sayang... masalahnya si Sarah nitip ambil fotocopian di bang juned.. kamu tau sendiri fotocopian bang juned gangnya sempit banget.... ntar malah ribet sai kamu musti bolak balik... udah aku tunggu ujan reda aja disini. Kamu duluan aja Ren.”

”Bener nih? Ga papa aku tinggal?”

”Iyah.. tenang... selama ada buku buku yang bisa saya baca pasti waktu saya tidak akan sia sia.”

”Hahaha kebanyakan gaya Ney... gayamu kaya betah aja baca tuh kitab kitab ekonomii... bosaaannn..”

”Hihihi iya lah.. aku mau menurunkan dosis membaca materi materi ini, takut jadi pikun kaya pa Punto.”

”Hahaaha betull.... ya sudah aku pulang dulu yah Ney, beneran yah gapapa aku tinggal. Kalo ada apa apa telp aku yah.” Reni pamit dan bergegas ke parkiran untuk segera pulang.

”Okey bos.. tiati di jalan... ga usah ngebut.”

Menikmati hujan di depan kampus sendiri. Rintik hujan mengaburkan pandangan. Neyna menyibukkan diri dengan buku buku kampusnya seraya menanti hujan reda.

Getar posennya membuatnya tersentak, “huh… sukanya ngagetin aja ini hape, kalo getar tuh bilang-bilang dulu gitu loh… jadinya kan aku engga kaget.” Ucap Neyna lirih dan membuka pesan masuk.

-SmS- 08193145456 - Sarah
Kamu dimana Ney… jangan lupa titipanku yah… ambilin catetan ku di fotocopian Bang Juned tercinta. Penting soalnya menyangkut hidup dan mati neh…

Balas Pesan
            Iyah, non… tapi ntaran yak. Ujan gede nih… aku aja engga bisa pulang

Neyna isenk buka-buka pesan-pesan di kotak masuk hapenya. Dan inget ada sms dari Maz reza tadi. Iseng aja dari pada nunggu ujuan reda tapi engga ada gawe gini. Coba-coba dia sms Maz Reza.

Kirim Pesan – 0818095077 – Maz Reza
Jadi mau jemput aku engga? Aku udah pulang nih, tapi engga ada temen. Dan masih di kampus.

Batin Neyna jadi malah semakin menebak-nebak gimana reaksi Reza di kirim sms gitu. “huh… pasti juga ga kan ngefek buat dia, pasti juga dicuekin aja sama dia” piker Neyna dalam hati. Dibilang engga suka tapi ko ngarep juga yah… wah… udah ga karuan aja nih rasa. Gawat… batin Neyna saat itu.

“10 menit lewat… engga ada balesan juga ternyata mang bener kan dia tuh cuma iseng aja nanya-nanya aku. Huh... dasar cowo tuh sukanya kaya gitu.” 
Wajahnya yang sudah mulai ditekuk dikagetkan oleh suara motor yang berhenti tepat dihadapannya. Neyna hanya terbengong-bengong hingga dia sadar klo dia udah terlalu lama bengongnya yang melihat Reza dengan basah kuyup turun dari motor dan menghampirinya, wajahnya yang tersiram air hujan itu semakin membuat garis-garis ketampananya semakin terlihat jelas dimata Neyna.

“Sorry… lama nunggu yah??? Aku tadi cari pinjeman mantel tapi ternyata engga dapet juga jadi aku langsung nekat kesini aja. Takut kamu terlalu lama nunggu aku.” Ucap Reza dibalik basah kuyupnya.

“Oh…. Kamu kok ujan gini datang aja kesini???” Tanya neyna kaku campur grogi.

“Aku dateng emang aku niat pengen anterin kamu pulang, apapun keadaannya dan gimanapun cuacanya aku bakal jemput kamu Ney, aku ga kan biarin kamu sendirian apalagi di tengah hujan kaya gini. Tapi maaf untuk sebelumnya… aku engga punya mobil mewah yang bisa ngelindungi kamu dari panas terik dan hujan badai, aku cuma punya satu motor kesayanganku ini, itu kalau kamu mau Ney, pulang aku anter.” Ucap Reza lagi

Neyna kaget Reza bisa seperti ini di hadapannya, padahal sebelumnya dia ga pernah menyapa, menegur, atau bahkan tersenyum pada Neyna. Tapi Neyna selalu merasa Reza selalu memperhatikannya.

“Aku ga mau kalo naik mobil apalagi naik motor... aku maunya di jemput pake pesawat... hahaha...kenapa musti bilang maaf?? Aku aja tadi berangkat naik angkutan biasa aja engga sombong kaya kamu yang punya motor kesayangan?? Hehehe Aku biasa kali pake motor juga malah lebih seru… tapi engga sekarang dunk…kita pulang?? ujannya deres banget gini” jawab Neyna yang mulai agak santai seraya melirik pada hujan .

“Kita tunggu sampai hujannya reda yah…” jawab Reza senang menanggapi jawaban Neyna.

Neyna mengangguk dengan senyum simpul di wajahnya tanda setuju.

”Tapi kamu ga papa tuh baju kamu basah kuyup gitu?” tanya Neyna ragu ragu

”Ga papa yang penting bisa temenin kamu disini” jawab Reza santai dan langsung melelehkan Neyna yang kedinginan di sore itu.

Tanpa terasa 2 jam sudah mereka menunggu hujan reda dengan banyak pembicaraan hangat yang bisa mencairkan segala kekakuan diantara mereka dan menghangatkan dari dinginnya cuaca sore itu. Hujan reda Rezapun mengantar Neyna pulang ke kostnya.

“Makasih yah buat semuanya.” Ucap Neyna pada Reza

“Kok makasih??? Mana ongkos nya mba? Kampus ke sini 15 rebu loh?? hehehe kapan aja kamu butuh aku no. hape aku selalu aktif 24 jam nonstop buat kamu Ney, jangan sungkan yah.” Jawab Reza

“Okey, aku masuk dulu yah… kamu buruan ganti baju ntar malah masuk angin gara-gara jemput aku.”

“Iyah…. See u…”
Sambil senyum-senyum Neyna masuk ke dalam dan menuju ke kamarnya. Pas banget di depan pintu kamarnya Sarah menghadangnya.

“Fotocopiannya mana??” Tanya Sarah yang aga curiga dengan gelagat Neyna yang emang bener-bener aneh dari hari-hari biasanya.

“Oh…. MG…. aku lupa Sar………….maaf…. aduw kenapa bisa lupa gini yah???”

“Huh… sudah kuduga akan begini hasilnya…. Trus gimana dunk??” ucap Sarah lemas

“Okey… aku ambilin buat kamu, bentar yah aku taroh tas dan buku-bukuku dulu, berat banget soalnya. Jangan marah Sar… aku ambilin.”

Dengan berat hati Neyna kembali ke kampus lagi untuk mengambil titipan Sarah di fotocopian depan kampus. Tapi Neyna engga nyesel dengan hari ini, meski mendung dan hujan membuat hari ini tak secerah hari-hari biasanya tapi itu semua membuat cerah untuk hati Neyna.  Dan … Neyna melupakan sesuatu oh… tidak …. Acara kesayangannya terlewat 15 menit… Neyna langsung cepat-cepat pulang dan seperti biasa dia serius dengan perkataan Dana untuk mendengarkan pesan-pesan yang ada di acara tersebut. “semoga pesan untuknya ada dan belum terbaca untuk 15 menit yang lewat tadi.” ucap harap Neyna dalam hati.”

“…. Yaaa… buat yang masih staycun ataupun yang baru gabung bareng Dana disini, ya… dimana lagi klo bukan di secangkir cinta di ujung senja. Meski hari semakin senja tapi semoga secangkir cinta tetap bisa menghangatkan semuanya yang lagi pada dengerin Dana tentunya. Tadi yah ada satu pesan dari bung pendekar cinta yang kirim salam buat dewi nya di bukit permata ucapannya ternyata cinta itu butuh waktu yah bung Dana? Waktu untuk mengenal dan untuk mengerti orang yang kita sayang. Lalu apa hubungan waktu, cinta, dan kesetiaan itu sebanding dengan sakit hatinya bung dana? … wah… lumayan berat nih, kayanya ada yang baru jadi anggota golongan orang yang meragukan cinta nih. Okelah seiring berjalannya waktu dapat membuat kita jatuh cinta dan dari cinta itu seseorang akan mempunyai tanggung jawab akan sebuah rasa yang dapat di katakan sebuah kesetiaan untuk sakit hatinya apakah sebanding atau tidak itu tergantung dari si pencinta dan yang dicinta. Ya ga si pendengar?! Ya… sebelum ke tembang berikutnya ada pesan satu lagi nih seperti biasa anggota tetap di acara ini dari Raymon dengan salam spesialnya untuk yang terkasih… Neyna bidadari mungilku yang selalu kupuja keindahannya meski hanya dalam khayalku ini. Namun stidaknya keberadaanmu membuat hatiku nyaman dalam hidup dan seterusnya. Bidadari mungilku…. Aku akan selalu memujamu dari sisi hatiku yang tertutup. Buat bidadari mungilnya Raymon… ini adalah pesan ke 78 yang dikirim raymon buat Neyna… wah.. wah.. memang bila rasa dah bicara mang sulit yah untuk mengingkari keberadaannya. Dan satu tembang dari Naff – kesempurnaan cinta special banget buat Neyna dari sang pemuja rahasianya…”

Batin Neyna semakin bingung, sebenernya sapa yah yang ga bosen-bosennya kirim pesan buat dia hingga serutin itu. Neyna hanya bisa mendengar dari sisinya dan tak pernah tau dan tak pernah bisa menebak siapakah gerangan dirinya. Malam ini terasa sangat menusuk di hati Neyna, hingga dia mengangkat selimutnya tinggi-tinggi untuk mereda dingin malam ini. Suasanya setelah hujan selalu membuatnya ingin meringkuk di tempat tidurnya dengan membenamkan diri di bawah selimut tebalnya lebih awal dari pada malam biasanya. Namun matanya belum mau untuk dipejamkan. Sambil tiduran Neyna membuka-buka Hapenya dan dan melihat-lihat nomer di phonebook ponselnya teringat nomer ponsel yang dia dapet informasi dari radio Frezz tentang si cowo misterius itu yang sampai saat ini belum tau siapa orangnya. Dengan isengnya dia coba menghubungi nomer itu, kali ini tidak seperti biasanya. Nada sambung terdengar diujung telfon, Neynapun mencoba untuk menghubunginya berulang-ulang tapi tak ada jawaban dari nomer tersebut. Sepertinya percuma juga Neyna sampai pegelpun tak ka nada jawaban dari nomer itu. Rasa penasarannya hingga terbawa tidur dan ditelan dinginnya gelap malam pada saat itu.


Hari ini Neyna dikagetkan oleh sebuah sms, dari nomer yang katanya nomer si cowo misterius itu….

-SmS-
Bila embun pagi dapat membasahi dan menyegarkan rumput liar yang tumbuh dengan kekarnya di kerasnya dimensi kehidupan…Keberadaanmu jauh lebih dapat menguatkan keberadaan hidupku di dunia ini.
Meski cinta belum dapat dimengerti tapi aku dapat menanti hingga kau mengerti dan mengetahui siapa si rumput liar yang terkoyak disini….

Dengan serius Neyna membaca kata demi kata… batinnya semakin bertanya-tanya, siapakah dia???
Pagi pagi sudah ada sms misterius, padahal semalem nomer itu di hubungi ga aktif. Pagi ini malah muncul gitu aja, sms tanpa dosa ke nomer Neyna. Membuat gaduh hati Neyna saja yang kontan secara spontan mencoba menghubungi kembali nomer itu dan berharap dengan nada sambung untuk bisa tau siapa pemilik nama Raymond. Hasil nya pun masih sama dengan hari hari sebelumnya. Masih nihil tanpa ada perkembangan yang pasti. Bisa mati penasaran Neyna di buatnya.

Kampus masih seperti biasanya, rame, panas, dan membosankan. Hari ini kuliah Neyna padet banget, dari pagi mpe malem ada kuliah mulu. Susah juga ya ternyata buat dapetin gelar Sarjana…. Butuh perjuangan, dana, dan tenaga, serta kesabaran untuk ngadepin dosen-dosen yang ajaib-ajaib….(maaf buat pak dosen yang merasa ajaib! Ngapunten nggih pak/ buu…). Seraya melihat jam tangan mungil yang melingkar di pergelangan tangan kirinya itu, Neyna tangan kanan Neyna masih sibuk merogoh tasnya mencari hapenya yang dari tadi getarnya mengganggu. Reni memanggil…

“Alluw…” jawab Neyna

“Ney, kamu dimana??? Dah dikampus belum?” Tanya Reni sentengah teriak-teriak dari ujung telfon sana.

“Udah…. Cepetan ke kampus. Aku sendirian nih!”
“Yups… aku dah ada di belakangmu kok dari tadi.hehehehe” jawab Reni ditutup dengan ketawa-ketawa jailnya. Reni memang suka agak aneh orangnya,,,, dan satu lagi… suka ga penting juga. Tapi bagaimanapun dia Reni tetep jadi temen terbaik untuk Neyna.

Seraya menengok ke belakang

“Ugh…… ga penting deh……..!dasar…..”

“Hahaha…. Makanya jangan ngelamun mulu non… jadi ga ngeh gitu ma lingkungan.”

“Lagi bingung nih… kemaren aku dapet sms lagi dari si cowo misterius.”

“Hah….coba-coba liat apa smsnya….????” Reni kaget seraya merebut paksa ponsel dari tangan Neyna dan sibuk mencari sms dari cowo misterius itu.

“Coba dihubungi lagi nomernya Ney???” Suruh Reni

“Ga bisa dihubungi, kena mail box tuw….”

“Ya…sudahlah. Ga sah dibikin pusing. Btw kemaren si Andi nanya, kemaren kamu dijemput sapa mang? Katanya sama cowo cakep??? Dia nanya itu pacar kamu bukan, mang kamu dijemput sapa Ney kemaren?”

“Owh…. Kemaren aku di jemput ma si Reza…..”

“Oh… MG….. serius lo????? Keren keren, trus kemana aja?? Aduh Ney… kenapa qmu ga bisa da rasa ma dia ja si? Dia kan ganteng banget Ney?? Hmm...pantes aja yah.. kemarin aku penawaran untuk pulangnya aku anterin di tolak mentah mentah ma kamu, ternyataaa... kamu pulang dengan Reza... tidak bisa dimaafkan” seru Reni histeris dan semakin menjadi jadi.

“Aku pengen tau cowo misterius Ren….”

“Ah… ya udah… tunggu aja mpe lebaran monyet baru lo tau siapa tu cowo. Dah ah, ke kelas yuks…” jawab Reni sewot seraya menarik lengan Neyna untuk segera masuk kelas.

Sore ini Neyna tak sempat pulang ke kosan karena jadwal kuliahnya nanggung ma kuliah selanjutnya, tiada hari yang tak indah tanpa mendengarkan acara kesukaannya. Fitur radio di ponselnya menjadikannya teman mengusir bt saat kul sore ini.

”Haduh.. pasti lagi sibuk dengan radionya... lagi lagi dan lagi... neyna yang aneh... ney, aku mu bolos kulia ntar malem, ada acara keluarga Ney. Papa suruh aku wajib hadir ntar malem.. jadi...”

”Jadi apa??? Jadiii mau memohon untuk titip absen kah?”

”Hahahaha Neynaku sayang memang cerdas... tak diragukan lagi predikat cumlaudenya hihihihi” Reni merajuk.

”Hmm... iyaaa ntar aku absenin.. tapi jangan lupa oleh olehnya yah.”

”Beres.... sip aku cabut dulu ya Ney.”

”Iya atiati Ren.”

Fokus kembali dengan acara kesayangannya. Suara Dana yang mulai menyapa pendengar setianya kadang buat Neyna ketawa-ketawa sendiri kaya orang aneh.
Dan.. seperti biasa Neyna mendengar satu pesan khusus untuknya. Tidak lain dan tidak bukan siapa lagi kalo bukan dari si cowo misterius itu.

“Ya…. Buat yang punya nama Neyna lagi nih… duw… mas yang satu ini ga bosen-bosen yah buat kirim pesen buat Neyna si bidadari mungilnya. Ucapannya dari Raymon… bila waktu itu terbatas, bila lentera itu bisa padam, bila hati ini mempunyai keterbatasan, dan bila raga ini sudah lelah dan tak berdaya. Tapi… aku yakin keberadaan bidadari mungilku akan tetap hidup selamanya di hatiku yang minim ini. Kisahku tak semanis yang kukhayalkan. Dan aku percaya bahwa harapan dan kenyataan merupakan 2 hal yang sangat berbeda. Untu bidadari mungilku…. Tlah aku ukir cantik namamu di pemantik api kesayanganku… agar aku bisa selalu ingat kamu…  ugh….. kata-katanya boleh juga…. Buat Raymon, semoga bidadari mungilmu mendengar pesanmu ini yah… ya berikutnya mau ada yang numpang lewat buat kabar-kabar nih…. Yaaa… yang jelas jangan kemana-mana tetap dengan Dana yah, di secangkir cinta di ujung senja.”

Suara dan pesan dari cowo misterius itu membuat Neyna nyaman, entah kenapa ini bisa terjadi. Di sisi lain Reza kini semakin gencar mendekatinya, rajin pula menitipkan salam untuknya lewat Sarah. Hati tak mau mengelak bila kehadiran Reza membuat kehidupan Neyna semakin lebih terisi. Kekosongan yang sepi yang dari sejak lama dia rasakan kini seolah tertutupi dengan kehadiran seorang Reza dalam hidupnya meskipun sosok bayangan lelaki misterius itu tetap menjadi suatu tujuan hidup yang tak pernah henti-hentinya menggoda Neyna untuk mencari keberadaannya. Tanpa ada kejelasan yang pasti tapi Neyna tetap ingin mencari kebenaran dan keberadaan seorang Raymon yang dia tau lewat udara saja. Batin Neyna memaksa tuk percaya bahwa Raymon adalah soulmatenya. Cinta memang sulit untuk dimengerti, dilain pihak Neyna juga senang berada disamping seorang Reza yang selalu mengejarnya, meski Neyna mengakui hatinya tak kuasa untuk berkata bahwa dia juga sayang Reza dan ingin memilikinya utuh, tapi rasa percayanya pada Reza tak bisa dibangunnya, Neyna tak pernah bisa percaya pada Cinta yang Reza punya untuknya.

Sore ini benar benar membuat Neyna bingung. Seusai shalat magrib Neyna sudah duduk manis di kelas untuk materi kuliah berikutnya. Rasa ngantuk tak diindahkannya, tetep memaksa mata untuk fokus ke materi namun apa daya hati dan fikir tak sampai. Selalu saja kata kata Dana terngiang ngiang... Raymond... Raymond... dan Raymond... hingga kuliah malam ini usai.

“Ney, ada yang nyari tuh…. Di depan.” Kata Sarah yang mengagetkan Neyna yang sedari tadi duduk-duduk sambil baca-baca majalah di kamarnya.

“Hah… sapa yah? Sore-sore gini dateng cari aku?? Mang sapa Sar?”

“Biasa…. Si ganteng….” Jawab Sarah sambil ketawa-ketawa ga jelas

“Si ganteng sapa??? Yang jelas ah Sar.”

“Si Ganteng Reza non… buruan sana temuin, dari tadi tuh ketok-ketok pintu ga ada yang bukain. Pada ga denger yah??”

“Reza…. Ngapain dia kesini ga bilang-bilang dulu?? Yup… aku temuin dia dulu yah.” Neyna seraya berjalan keluar sambil menata rambutnya biar keliatan rapian di depan Reza.

Terlihat Reza dengan gaya khasnya yang sumpah cool banget dan bener-bener Neyna tak pernah melihat Reza setampan hari ini, hari ini Reza bener-bener sungguh sangat ganteng. Dia sangat rapi… dengan kemeja putih bergaris tipis  dengan paduan celana jeans dan jam tangan yang melingkar di lengannya yang makin membuatnya terlihat lebih elegan di sore ini.

“Ney… lagi apa? Ganggu ga? Sorry ga kasih kabar dulu kesini.” Ucap Reza santai

“Lagi santai aja, iyah… bikin kaget aja. Aku kira siapa? Ada apa mas?”

“Jalan yuks… mau ga? Ada sesuatu yang mau aku jelasin ke kamu.”

“ya udah.. tunggu bentar yah. Neyna mau ganti baju dulu.”

Neyna mencari baju yang cocok buat sore ini, ngeliat Reza yang dateng ganteng banget hari ini, Neyna jadi bingung cari baju yang pas biar bias ngimbangin dandanan Reza sore ini…

“Mau pergi kemana niy mas?” Tanya Neyna.
“Udah… naik aja dulu…nanti juga kamu tau ko.” Jawab Reza yang udah siap dengan motornya.

Udara sore ini benar-benar mendukung buat acara jalan mereka. Reza membawa Neyna ke sebuah tempat yang Neyna juga belum pernah datengin. Sebuah kafe yang bener-bener keren….. suasananya bener-bener romantis. Ga rame tapi juga ga sepi. Mas Reza menggandengnya menuju meja yang sudah dipesannya. Lalu memesan minuman dan makanan kecil untuk teman ngobrol mereka.

“Wah… ada tempat asik juga yah ternyata… ko aku ga pernah tau ya mas?” Tanya Neyna membuka pembicaraan sambil asik melihat-lihat sekitarnya.
Reza hanya tersenyum simpul dan bertanya…

“Kamu suka????”

“Suka dan seneng banget di ajak jalan ke sini… tapi ada acara apa mas Reza ngajak aku ke sini?”

“Ga ada apa-apa ko…. Aku lagi pengen ditemenin ma kamu sore ini… siapa tau aku ga bisa lagi jalan ma kamu…” jawab Reza yang benar-benar berbeda dari hari biasanya. Hari ini Reza tampak begitu dewasa dan serius.

Beberapa menit kemudian pesanan minum mereka dateng….

“Lho… mas Reza ko bisa tau pesenin Neyna secangkir Capuccino…”

“ya.. taulah…. Apa si yang ga aku tau tentang kamu… kalo kamu nerbitin buku biografi tentang kamu, aku bakal jadi pembeli pertama Ney…karna aku akan cek seberapa persen kebenaran dari analisaku tentang kesukaan kamu bahkan kegiatan kamu sehari hari yang aku tau” Jawab Reza sambil ketawa kecil

“Huh… bisa aja… ”

Mereka nikmatin suasana sore itu dengan hangatnya percakapan mereka. Dan tiba-tiba Neyna teringat sesuatu….

“Ya… ampun……….. lupa…… aduh… dah lewat lagi jamnya….”

“Kenapa Ney…???? Kamu da janji ma temen kamu???” Tanya Reza

“Ga… ini kan acara Dana… secangkir cinta di ujung senja… aku suka banget mas dengerin acara itu.” Sambil mencari hape dan headsetnya didalam tas, dan segera mendengarkan acara favoritnya itu….

“Kenapa suka ma acara itu??? Sering dengerin??” Tanya Reza pada Neyna
“Aku suka banget ma acara ini, di acara ini aku bisa tau dan ngerti pengalaman orang lain dan cerita orang lain.” Jawab Neyna

Lama mereka ngobrol ditemenin ocehan Dana hingga di ujung acara Dana menutup pembicaraan. Neyna bingung tumben banget hari ini dia ga dapetin salam dari si cowo misterius itu??? Ada apakah??? Gara-gara diajak mas Reza, Neyna terlambat mengikuti acara kesayangannya dan tak mendengar salam dari si lelaki misterius itu sore ini. Kesel juga rasanya ga bisa dengerin tisam dari si misterius yang tanpa disadari merupakan sosok yang ditunggu Neyna.

“Kenapa Ney??? Kok diem gitu sih?? ada apa?? Kenapa Ney?!” Tanya Reza bingung liat Neyna mendadak diem.

“Ga papa kok Mas. Hanya sedih aja mas, ketinggalan sesuatu.” Jawab Neyna singkat.

“Apa yang tertinggal? Kamu ketinggalan sesuatu di kampus? Atau dimana? Mau diambil? Aku anter kalau mau??” Reza penasaran dan menawarkan jasa nya untuk mengantar puteri Neyna.

“Ga kok mas, aku hanya lagi keinget sesuatu.”

“Keinget apa? Ayah? Ibu? Atau kakak kamu? Saudara kamu?? Telp aja Ney biar kamu ga kepikiran atau keinget apa gitu?” Reza makin ingin tau.

“Wah… pokoknya rahasia, mas Reza sekalipun ga boleh tau. Cukup aku dan Tuhan yang tau.” Jawab Neyna sederhana.

Sore sudah mulai mulai gelap. Reza dan Neyna akhirnya memutuskan untuk segera pulang.

Sesampainya di kos Neyna, ada yang tampak aneh dari Reza. Reza seakan tak mau melepaskan Neyna dan membiarkan dia segera masuk ke dalam. Reza benar-benar memandangi Neyna hingga Neyna salah tingkah sendiri.

“Kenapa si mas? Jangan liatin Neyna gitu dunk…”

“Lho… emangnya ga boleh?? kamu bener-bener cantik banget sore ini. Apa aku bisa ngeliat paras cantik kamu selama hidup aku Ney?” Tanya Reza

“Ya… kan mas Reza rumahnya depan kos Neyna, klo pengen liat Neyna kan tinggal dateng aja.” Jawab Neyna santai.

“Ya udah… aku pulang dulu yah. Aku bakal kangen banget Ney ma kamu. Makasih yah Ney, buat semuanya.” tanpa basa basi dan tanpa ragu Reza mengecup kening Neyna dengan cepat secepat kilat. Hingga Neyna terkaget kaget dan kaku layaknya gurita kutub.

Neyna cuma agak bingung liat Reza terlihat aneh sore ini. Hmm.... kecupan sore  dari Reza menutup senja di sore ini dengan indah.

Malem ini Neyna lagi ga ada kegiatan, dia merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya dan mendengarkan lagu-lagu kesayangannya dari MP3 playernya. Sambil bingung Neyna tak mendapatkan salam dan kata-kata dari si misterius. Kemana yah dia??? Neyna jadi semakin bingung, kenapa Dia bisa selalu penasaran tentang cowo misterius yang menamakan dirinya Raymon itu.


Pagi seperti biasanya Neyna mulai dengan kegiatan kuliahnya. Pagi ini Neyna lagi nunggu teman seperjuangannya yang belum muncul-muncul juga keberadaannya. dan akhirnya bayangan si Reni Neyna temuin di balik kerumunan anak-anak manajemen yang lagi ga tau pada ngapain. Neyna deketin Reni dan tarik tangan Reni dari kerumunan itu.

“Ngapain ren disitu tadi?”

“Huh… Ney… ku kira sapa tadi brani banget tarik-tarik tanganku. Tuw ada pameran foto-foto kegiatan outbone kemaren, sapa tau ada si Fani. Hehehe”

“hu… dasar… masih aja diurusin si Fani, inget mbak… Fani dah ada yang punya… digampar yang punya baru tau rasa.”

“Eh… tenang boz… selama bendera kuning belum berkibar Fani masih bisa diperebutkan. Hahahaha”

“gila…. Makin menjadi-jadi aja kamu ren.”

“Btw, ada apaan nih Ney. Kok tumben banget kamu nyari-nyari mpe narik-narik tangan gitu tadi.”

“Ren… kemaren aku jalan ma Reza. Dia ganteng banget Ren kemaren. Sumpah ganteng banget. Tapi dia aneh Ren, aneh banget… dah kaya mau pergi jauh aja ngomongnya. Huh… sebel… oiya belum lagi Ren, kemaren aku dengerin Dana siaran, tapi aku ga dapet salam dari dia. Huh… Raymon ga muncul Ren, dan baru kali itu dia ga muncul.”

“Dah bosen kali Ney, nyalamin kamu mulu.hehehe”

“Ah… dasar kalo cerita ma kamu tuh gitu pasti ujung-ujungnya ga serius gitu. Dah ah, masuk kelas yuks, dah da dosennya tau.” Mereka berduapun masuk kelas kuliah mereka.
Seraya bernyanyi-nyanyi kecil Neyna berjalan pulang menuju kosnya.

Ada yang berbeda sore ini, tumben banget si Reza tak ada di depan rumahnya. Biasanya kan jam segini dia pasti tunggu Neyna pulang dan menyapa ramah padanya. Mungkin reza tidur atau lagi pergi, pikir Neyna dalam hati.

Seminggu berlalu, Reza tak pernah muncul lagi. Nomer hp nya sudah tak pernah aktif lagi. Kemanakah gerangan sosok Reza sekarang? Niat ingin bertanya pada ibu Reza tapi Neyna ga berani. Dia hanya bertanya-tanya dalam hati saja.

“Sar… ko Reza ga pernah keliatan yah??” Tanya Neyna pada teman kosnya.

“Wah… iya bener sekarang aku ga pernah liat dia nyuci motornya di depan rumahnya. ko kamu malah tanya ma aku si Ney, bukannya kamu harusnya yang lebih tau tentang dia??”

“Reza ga kasih kabar dan ga cerita apa-apa ke aku Sar. Jadi mana aku tau Sar. No telfnya juga ga pernah aktif.”

“Trus kenapa Ney??? Kangen Yah??????hayo…..” goda sarah pada Neyna.

“Iya… KANGEN BANGET.” Sambil menjulurkan lidahnya pada Sarah dan berlalu ke kamarnya.

Dana sibuk dengan ocehannya dari siarannya.

Sampai saat ini Raymon tetap setia dengan salam dan kata-kata romantisnya yang suka buat Neyna Klepek-klepek bak ikan yang terlempar keluar.

2 minggu lebih Neyna tak mendapatkan kabar si Reza. Dia coba bertanya pada ibu Reza. Dengan agak ragu Neyna bertamu di rumah Reza.

“Tante… lagi santai yah tante?” sapa Neyna pada bunda Reza yang sedang terlihat duduk santai di teras rumah.

“Eh… Neyna… sini-sini masuk, mampir dulu.” Jawab bunda Reza ramah.

“Iyah Tante, ngomong-ngomong ko Mas Reza ga pernah keliatan yah? Kemana Tante?”

“Oh… si Reza… biasalah dia suka kaya gitu Ney. Suka pergi ga pamit ma tante. Jadi tante juga ga tau dia dimana sekarang. Yah… emang dasarnya tante juga ga gitu mau tau ma anak tante yang satu itu. Suka bandel klo dibilangin Ney. Ntar klo tante ceramahain dia malah marah dan bilang ga mau di jadiin anak mami gitu.”
“oh… jadi tante juga ga tau yah Reza dimana sekarang?” Tanya Neyna lagi

“Iyah, tante ga ngerti dia dimana. Ayoo sini masuk... sekali kali main ke rumah tante pas ga ada Reza, masa main kesini kalo ada Reza aja..??” ajak Tante Eris sembari menarik lengan Neyna untu mengajaknya berbincang di ruang tamu.
Neyna pun akhirnya menuruti ajakan tante Elis..

“sini... duduk dulu, temani tante santai sore ini, Neyna mau minum apa? Biar Tante buatkan.”

“aduh.. ga usah repot repot Tante...”

“ah.. siapa yang repot, jutru Tante seneng kalo Neyna mau temani Tante minum teh berdua sore ini.” Neyna membalas dengan senyum manisnya. Dan menanti Tante Elis yang sibuk membuatkan teh di dapur.

Mata Neyna meraba raba tiap sudut ruang tamu rumah Reza... sekilas teringat sosok Reza yang di rindukannya. Selagi menanti Tante Elis muncul Neyna iseng membaca majalah majalah musik yang tertata rapi di rak sebelah kusi tamu.

“Ini pasti majalah langganan Reza...” ucap Neyna lirih..

Sibuk membaca tiap halaman dari majalah itu, terjatuh lembaran lembaran dari hasil penelusuran mengenai kesehatan. Neyna hanya membaca sekilas lembaran lembaran itu dan merapikan kembali pada selipan halaman sebelumnya.

“Lagi baca apa Ney?” Tante Elis datang dengan membawa 2 cangkir teh panas dan beberapa cemilan makanan ringan.

“Ini Tante... majalah majalah musik...”

“Wah.. majalah majalah udah lama itu Ney.. ini diminum dulu teh nya Ney..”

“Tapi banyak tips tips ma cerita lucunya tante... hehe, iya Tante makasih. Duh... neyna jadi ngerepotin tante gini yah” jawab Neyna

“Ngerepotin dari mana? Tante engga ngerasa di repotin kok, justru Tante seneng ada yang nemenin tante santai sore ini, tiap hari Neyna kesini aja Tante engga keberatan kok. Gimana kuliah kamu Ney? Lancar?”

“Alhamdulillah lancar Tante... lagi persiapan buat kkn dan buat proposal skripsi. Doain Ney yah Tante biar selalu dimudahkan.”

“Iyaahhh... pasti Tante doain yang terbaik buat Neyna. Yang penting jangan lupa sama Tante besok kalo Neyna udah jadi orang hebat.”
“Aminnn.... pasti ga lupa lah sama tante Elis yang udah bikinin Ney teh manis istimewa di sore ini.”

Neyna melanjutkan pembicaraan lain dengan Tante Elis sampai tak sadar waktu udah hampir magrib.

“Tante...udah mau magrib... Neyna pamit dulu ya tante.. belum angkat jemuran baju Tante.. takut keujanan atau kelupaan mpe malem..”

“Iyaaa ko berasa cepet banget waktunya yah Ney... duh... padahal Tante masih pengen ngobrol ma Neyna..”

“Idih... tante... kapan kapan Neyna main lagi deh, oia tante... Ney pinjem beberapa majalah ini yah, Ney lagi suntuk butuh bacaan lucu lucu... boleh Tante??”

“Ya boleh lah... bawa ajaa... yang mana yang Ney suka.”

“Asikk... jadi kan kalo gini Ney ada alasan lagi buat main ke rumah Tante Elis... buat ngembaliin majalah...” goda Ney pada tante Elis.

“Tanpa majalahpun Tante seneng kalo kamu datang Ney..”

“Ya udah, Ney pamit pulang dulu yah Tante, assalamualaikum..”

“Waalaikumsalam... ati ati jalannya ntar kesandung batu.”

Tante Elis mengantarkan Neyna pamit hingga depan pintu gerbang.

“Weits..... kayanya ada yang lagi sumringah nih?” goda Sarah pada Neyna.

“Hahaha... mau taaauuuuu aja dehhhh miss Sarah yang cantik ini....” jawab Neyna sekenanya sambil merapikan pakaian yang barusan dia ambil dari jemuran.

“Abis darimana ko pulang pulang tralala trilili gitu ih...??” Sarah mulai penasaran

“Aku abis main dari rumah Tante elis.. ternyata Tante Elis tuh orangnya asik banget ya Sar.. ramah, baik, lucu,... duh.... tante elis itu sama menyenangkan seperti Reza.”

“Ehem ehemm... pedekate ceritanya sama emaknya Reza??” Sarah menggoda

“Hihihihi dikiiittt..... sebenernya tujuan nya tadi Cuma tanya kabar Reza, eh malah diajak ngobrol ma mama nya...”

“Terus dapet titik terang ga? Tentang keberadaan Reza dimana??” tanya Sarah yang membuat degup jantung Neyna seakan berhenti sejenak, mata tak berkedip, dan otak berasa tak berfungsi. Dan secara spontan melemparkan sebuah bra polkadot yang hendak dilipat dan dirapikannya itu tepat ke arah wajah Sarah.

“Ney... apa apaan sih... main lempar ajaa....” Sarah melempar balik ke arah Neyna

“Begooo.... kenapa aku ga berfikir untuk bertanya tanya seputar Reza aja tadi??? Kenapa tujuan utama untuk menyelidikinya malah terlupakaaannn???” ucap Neyna gemas dan menggigit gigit bra yang menjadi korban kezaliman kedua makhluk itu.

“Idih... dasar orang yang aneh... ko malah baru sadar belakangan??”

“Aduh Sar... cowo itu menyebalkan.... huh... selalu saja mengombangambingkan perasaan wanita....” ucap Neyna gemes dan menggigit telinga kanan boneka beruang kesayangannya itu.

“Hahahaha... kalo masalah yang ini bukan si cowo sayang yang menyebalkan... tapi si cewe yang terlalu jaim untuk mengakui perasaannya yang sesungguhnya... hingga si cowo menghilang baru deh tuh si cewe dibuat bingung bukan kepayang.” Jawab Sarah sedikit menggoda Neyna.

“Loh... wajar dunk kalo si cewe itu jaim... namanya juga cewe... perlu dan wajib tuh memiliki kejaiman yang tinggiii... karna apa?? Karna si cewe juga ingin melihat keseriusan dari si cowo... males kali Sar ketemu cowo abal abal yang cuma hobi merayu cewe cewe setelah itu menghilang begitu saja.” Neyna membela diri.

“Ya juga sih sayang... tapi... terkadang kamu juga harus tau... kata orang orang itu... cintaa itu  bisa datang... cinta itu juga bisa pergi,,, tapi cuma satu yang cinta ga bisa, cinta ituuu ga bisa menunggu...” Sarah menambahkan

“Hehehe... iya sih.... aku juga sedikit nyesel Sar, jadi cewe ko terlalu angkuh... terlalu pikir pikir, dan terlalu lama untuk menentukan suatu keputusan.”

“Penyesalan memang selalu datang belakangan. Terkadang juga kita baru akan menyadari betapa berartinya seseorang yang ada di dekat kita ketika kita benar benar kehilangan sosoknya.” Sarah kembali memberikan pendapatnya.

“Iya... bener banget... makanya untuk menebus semua rasa bersalahku pada penyesalan ini, aku bakal cari Reza sampe ketemu...” janji Neyna.

“Iyaa...  ntar aku bantuin carinya deh... kita tanya doraemon aja Ney.. hihihi... dah malem bobo Ney, besok kamu kuliah kan.” Sarah bergegas untuk kembali ke kamarnya.

“Iya Sar... ok ok... saatnya tidur dan memimpikan seseorang yang kita sayangi.”
“Iyaa betul... met malem cantik...” ucap perpisahan Sarah

“Malem juga gendud..” goda Neyna pada Sarah.

Semakin menjadi tanda Tanya besar dalam hati Neyna tentang keberadaan si Reza. Tanpa basa basi tanpa pikir panjang Neyna melaju dengan motor kesayangannya. Dengan santai tapi pasti....

Rasa kangen Neyna pada sosok reza yang tak bisa dihindari ini membuat langkah Neyna untuk mengunjungi Kafe yang dikunjunginya terakhir kali bareng Reza.

Di tempat dan meja yang sama, Neyna hanya bisa mengingat bayang Reza yang terakhir kali mangajaknya ke tempat ini. Masih sama seperti waktu itu.. meja ini... kursi ini... dan sore ini.... hanya dengan siapa Neyna saat ini yang berbeda. Sambil memainkan cangkir gelas capucinnonya, Neyna sibuk melihat-lihat orang-orang di sekitarnya.

Terperangah ketika melihat sosok Reza sekilas ditangkap oleh fokus bola matanya. Sosok Reza yang sedang menggandeng mesra wanita cantik berambut panjang itu membuat Neyna hanya berani melihatnya dan mengawasinya dari mejanya. Seperti akrab sekali keduanya. Neyna tak henti-hentinya memandangi Sosok Reza tersebut hingga mereka meninggalkan kafe itu. Entah apa yang Neyna rasa kini, dia hanya bisa bertanya-tanya dalam hati saja. Kenapa Reza pergi tanpa memberi kabar padanya???

Dan kenapa Neyna melihat sosok Reza menggandeng wanita lain di depan matanya??? Kenapa Reza tak perduli ketika melintas di depannya. Seperti orang yang tak pernah mengenalnya. Ingin sekali Neyna mendatanginya pada saat itu, namun apa daya hati tak sampai untuk menghampiri mereka. Neyna tak mampu, hanya bisa bertanya-tanya dalam hati saja.
Dah bosan dia menikmati suasanan kafe, Neyna beranjak dari duduknya dan segera pulang menuju kosnya.


Di depan teras kos terlihat Sarah yang lagi asik dengan mp3 player dan majalahnya.
“Ney, bis dari mana?? Kucel amat mukanya??? Kenapa???”

“Sar… tadi aku liat Reza bareng sama cewe??? Siapa yah Sar???” ucap Neyna pada teman satu kosnya itu.

“Kenapa ga kamu tanya aja Ney??”

“Aneh banget Sar, Reza yang aku temui tadi. Dia bener-bener kaya ga kenal sama sekali ma aku. Bener-bener yang ga perduli ma aku yang jelas-jelas dilewatin dia tadi.”

“Masa sih??? Kenapa yah si Reza???”

“Iyah… masa aku ceritanya mengada-ada non?? Ya sudahlah aku cape banget hari ini. Aku mau istirahat dulu Sar.”
Ucap Neyna seraya berlalu dari Sarah.

Malem ini Neyna bener-bener ga bisa tidur… hari ini Neyna masih tenggelam dengan kebingungannya tentang menghilangnya Reza. Kopi hangat jdi teman Neyna malem ini. “Malem ini ko dingin banget yah…? Ga biasanya nih malem sedingin ini.” Ucap Neyna lirih seraya memakai jaket untuk menghangatkan badannya, dan menyembungikan tubuh mungilnya dari hawa dingin yang makin menusuk itu.

Kirim Pesan – 0818095077 – Maz Reza
            Maz….kamu dimn??? Neyna udah cape cariin Mas Reza kemana mana.

Pesan pending

“Kemana si nih orang…. Giliran aku butuh seseorang malah engga ada. Dah tadi ketemu sombong banget. Huh… dasar laki-laki…..”ujar Neyna kesel.
Suasana yang sepi membuat Neyna menyalakan radio kesayangannya untuk menghindarkan sepi malam yang semakin larut ini.

“Yap… masih barengan lagi nih ma Dana Si penyiar tanpa kusut…hehehehe yang punya seribu satu alesan buat kalian semua mau nyalain radio dan menggeliatkan jari-jarinya buat puter gelombang di Frezzz Radio. Malem ini dingin banget yah… Dana lagi gantiin Nanda nih yang katanya lagi sakit jdi ga bisa bawain acara ini, tapi tenang aja Dana bakal temenin kamu semua malem ini mpe jam 1 pagi nanti tentunya dengan tembang-tembang yang Dana punya di malam hari ini.”
Suara Dana dapat mengusir sepi Neyna malam ini. Ocehannya yang ga pernah abis abis kadang membuat Neyna gemes dengan sosok penyiar seperti Dana.
Beberapa lagu-lagu yang diputer Dana membuat Neyna ikut-ikut nyanyi ga jelas mpe digedor-gedor kamar kos sebelahnya.

Sambil menulis-nulis tak penting dibuku bindernya, tiba-tiba bolpoint yang dipakainya untuk menulis tiba-tiba terhenti. Neyna memfokuskan pendengarannya pada radio kesayangannya dan segera menambah volume radio mininya itu.

Terdengar suara Dana yang terdengar serius sekali …

“Malem ini aku merasa sepi sekali….
Ga punya temen, jauh banget dari orang yang aku sayang…
Meski ga bisa aku gapai dari sini, tapi aku tau dia pasti denger dan selalu ngerasain kalau aku ini selalu ada buat dia.
Meski mungkin aku ga kan bisa ketemu dia lagi….
Meski mungkin pertemuan itu untuk yang terakhir kalinya.
Meski mungkin aku ga bisa melihat senyum manisnya lagi.
Meski mungkin aku ga bisa sentuh wajah cantiknya lagi.
Dan untuk meski meski yang berikutnya.
Aku mungkin akan selalu sendiri.
Tetap sendiri.
Dan mungkin selamanya akan selalu sendiri.
Neyna… aku kangen banget dengan sosok kamu.
Aku ingin miliki kamu dengan segenap kemampuan yang tersisa dari jiwa dan raga ini.
Meski napasku tak penuh lagi nantinya…. “ selingan iklan melanjutkan ucapan Dana tadi.

Neyna merasa ada yang aneh dari ucapan Dana siaran kali ini. kenapa Dana tiba-tiba bicara seperti itu, sulit untuk dinalar. Kenapa Dana bisa menyebut jelas nama Neyna tadi. Neyna menunggu kata-kata berikutnya dari Dana, sekarang siaran Dana udah kaya biasa lagi. Neyna jadi makin ga mengerti kenapa tadi Dana bicara seolah-olah itu memang ungkapan dari hatinya untuk Neyna. Neyna yang manakah yang dia maksud. Dana seperti apapun Neyna tak pernah tau, Neyna hanya pernah beberapa kali saja menelfon dan mengirim sms pada Dana hanya untuk bertanya tentang Jati Diri Raymon. Mungkin Dana lagi ga sadar kali yah berkata seperti itu. Atau mungkin untuk seseorang yang bernama Neyna yang lain dan bukan dirinya.

Malam ini Neyna tidur dengan perasaan yang makin membuat dirinya ga mengerti tentang semua yang terjadi minggu-minggu ini. Semuanya terlihat aneh di mata Neyna.

Pagi ini seperti biasa kegiatan rutin kuliahnya lagi mulai masa-masa sibuk dengan berbagai tugas seperti biasanya, Neyna sibuk di kelas dengan deretan tugas yang diberikan sang dosen yang harus ada di meja dosen tepat sebelum jam 12 siang.

Seselesainya tugas kuliahnya Neyna menghabiskan sisa waktunya sebelum dia pulang ke kos kesayangannya di tempat makan biasa dia makan siang.

“Ney… kemana siy?? Ga ajak-ajak klo ke sini…” ucap Reni seraya menghampiri Neyna dan duduk di depan Neyna.

“Ya… dari tadi aku liat kamu lagi suibuk banget sih, jadi mau aku ajak ke sini takut nya malah ganggu kamu yang dari tadi sok serius dengan tugas tadi. Yah.. meskipun aku tau kamu cuma akting aja sok sibuk, padahal kamu juga pasti ga mudeng ma tugas tadi kan??” ucap Neyna ringan dengan senyum manisnya kali itu.

“Huh… dasar. Tapi… emang iya sih aku ga ngerti dari itu tugas apa sebenernya…hehe”
Jawab Reni cuek dan mengambil daftar menu untuk pesen makanan. Dan Reni mulai dengan khasnya yang pengen tau aja…

“Ney, gimana dah tau tentang jati diri si Raymon cowo misterius itu lum?” Tanya Reni

Neynya hanya menggeleng ringan.

“Kok cuma gitu aja jawabnya?? Udah ga penasaran lagi pa?” tanyanya lagi

“Udah cukup pusing Ren, aku makin bingung dengan semua yang ada. Sekarang aja aku ga tau keberadaan Reza. Raymon masih tetep ga pernah absent buat tisam aku di Frezz Radio. Tapi sekarang aku ga pernah ketemu Reza Ren. Ku kehilangan sosoknya yang ternyata aku sekarang bener-bener butuhin dia. Terakhir yang makin buat aku bingung aku liat dia di kafe terakhir yang kita datengin, aku malah ngeliat dia ma cewe lain. Huh emosi Ren... dan lebih parahnya lagii dia cuek banget Ren?? Cowo macam apa kaya gitu Ren????”

“Hah….?????? Reza ma cewe laen????? Serius lo????” belalak Reni tambah ga jelas gitu mukanya.

”Iyah… cewenya cantik. Rambutnya panjang, feminim banget, anggun, sexi, manis, lucu, ramah, kliatan cewe baik-baik banget….”

“terus… terus… diomongin gitu…. Kaya pernah kenal aja ma cewe itu Ney. Trus kenapa ga kamu datengin aja. Trus kamu sapa gitu.???” Tanya Reni makin ingin tau dan mulai dengan ekspresi gemesnya pada Neyna yang cuek-cuek aja dengan keadaan seperti itu.

“Ngapain… orang jelas-jelas Reza itu liat aku, lewat didepan mataku, dan dia bener-benar seperti orang yang ga pernah kenal ma aku. Jadi ya aku diemin ajalah. Ngapain sih aku cape-cape.”

“Huh… dasar Neyna…Neyna… makhluk paling jaim yang pernah kujumpai ya kamu. Kadang jadi ngeper gitu. So dermawan dan baik hati. Padahal kamu pengen tau juga kan tu cewe siapa dan kenapa bisa ada bareng ma Reza saat itu. Kenapa kamu bisa terima gitu aja sih Ney??”

“Buat apa sih Ren… aku malas Ren. Sekarang sapa dulu yang tiba-tiba menghilang. Kenapa aku musti yang merengek dia untuk kembali. Toh kalau nyatanya jelas-jelas di depan mataku dia bersama wanita lain. Dari pada aku tau yang sebenarnya dan dari bibirnya klo dia menghilang dari kehidupanku untuk wanita lain. Mending aku ga tau aja seumur hidupku, biar aku ga ngerasain sakit yang berlebih. Aku kan emang dah biasa sendiri juga.”

“Iya deh apa kata kamu ajalah Ney. Meski aku tau kamu sekarang baru bener-bener ngerasain hilangnya orang yang ternyata kamu sayang selama ini.”
Pembicaraan mereka makin ga jelas hingga sore. Dan mereka memutuskan untuk pulang.

Lelahnya hari ini membuat Neyna ingin mandi secepatnya untuk dapat mengusir sedikit kepenatan yang menari-nari bebas dipikirannya.
Seperti biasa sore ini Neyna udah duduk manis di balkon depan kamarnya dengan secangkir cappuccino hangat untuk teman sore ini tak lupa dengan radio kecil disampingnya. Acara kesayangannya secangkir cinta di unung senja yang bisa membuatnya terhibur.
Suara Sarah mengagetkannya…

“Ney….. Ney….. kamu mau pergi ga sore ini???” Tanya sarah setengah teriak-teriak kegirangan bak abis dapetin lotre milyaran itu dan mendekati Neyna dan duduk di sebelah Neyna.

“Ga sih… di kos aja. Kenapa mang Sar??”

“Temenin aku maen ke Frezz Radio yukz… ! tadi aku ikutan kuis eh… ga taunya dapet jadi pemenang nih Ney, nah aku pengen ambil hadiahnya Ney. Mau nemenin ga??? Kan sapa tau kamu ketemu ma si Raymond yang suka tisam gitu kan. Barangkali aja pas kita disiana mekgokin Raymon lagi ngirimin tisam buat acara kesayangan kamu itu Hehehe” ajaknya sambil ngerayu-rayu ga jelas gitu ke Neyna.

“Kapan emangnya???” Tanya Neyna

“Taon depan sayang….!!! Huh… ya sekarang lah non… mau tak??”

“hah??? Sekarang??? Ga besok aja Sar??”

“Ah… klo besok kelamaan. Lagian kan dari pada ga da gawe gini di kosan. Ayolah Ney maulah…” rayu Sarah makin menjadi-jadi

“ok… aku ganti baju dulu. Kamu tunggunin aku didepan aja gih. Aku mau ganti baju... risih kalau ada kamu... takutnyaa... kamu ngapa ngapain aku lagi” Suruh Neyna pada Sarah.

“hahahaha.... ga minat akh Ney, kalo aku lesbipun aku juga bakal pilih yang seksi montok Ney, ga tipis kaya kamu...” jawab Sarah cekikikan.
”eh.... yang kaya gitu mah jaman dulu.. jama sekarang tuh yang lagi musim malah yang flat gitu Sar..” Neyna membela diri.

”hahahaha.… terserah deh cint... yang jelas aku masih suka ma cowo... tapi cewe seksi juga boleh lah... hehehehe... buruan yah Ney. Aku tunggu di depan.” Sarah dengan senyum-senyum kegirangan meninggalkan kamar Neyna.
Semoga apa yang dikatain Sarah tadi memang bener... siapa tau aku bisa ngerti tentang siapa Raymon sebenernya dan semoga hari ini bisa lebih menenangkan pikiranku yang makin aneh ini. Ucap Neyna dalam hati
Sesampainya mereka di Frezz Radio, suasana ramai musik dan para kru serta beberapa fans dari radio itu membuat Neyna jadi sedikit risih untuk masuk ke dalam. Neyna memutuskan untuk duduk di lobi menunggu Sarah yang sibuk mengurus tentang hadiah kuis yang diikutinya itu.

”Sar... kamu aja deh yang masuk. Aku tunggu disini ajah, kepala ku pusing liat banyak orang.” Neyna memohon untuk tinggal di lobi.

”pusing kalo liat banyak orang??? Kalo liat banyak duid pusing ga?” goda Sarah pada Neyna.

”pusing juga Sar.... habisnya... Cuma liat duit banyak... tapi bukan duitnya sendirii.. buat apa juga... hehe”

”haaalaahh kamu itu memang ratunya nge les.... okelah... tunggu disini yah sayang... aku urus dulu yah. Doakan aku yah. Aku pasti bisaa...!!!”
”iyah semangat... hahahaha... udah ah.. sana cepetan di urus... biar cepet selese.”

”oke... siap boss...” Sarah berlalu.

Lalu lalang manusia di radio ini lumayan padet juga. Kalo diitung itung mbak yang pake baju item tadi udah jalan mondar mandir sampe hampir 6 kali dalam waktu 20 menit. Sementara Neyna asik dengan permainan di ponselnya, lumayan untuk mengobati kebosanan menunggu. Lama lama Neyna terusik dengan suara berisik dari ujung pintu masuk yang rame-rame ga jelas itu. Mbak kaos item lewat lagi, balik lagi, kali ini suasana nya jadi rame banget. Dengan kagetnya Neyna melihat seorang wanita yang pernah dilihatnya. Iya… tak salah lagi wanita yang di gandeng mesra oleh sosok Reza yang sombong itu yang di lihatnya waktu di kafe itu.

Terlihat wanita itu sedang sibuk mempersiapkan segalanya, dari kue tart yang sedang dibawanya hingga yang lainnya bersama beberapa orang kru dari radio itu sepertinya. Sepertinya mereka lagi merencanain buat kasih surprise untuk salah satu temannya yang Neyna juga ga tau siapa. Neyna cuma ngeliatin mereka yang lagi pada sibuk itu. Neyna kemudian mencoba asik lagi dengan aplikasi permainan di hapenya.

Neyna di kagetkan oleh sapaan seorang gadis yang tiba-tiba duduk di sebelahnya.

“Lagi sibuk nge game ya mba atau lagi smsan sama pacarnya??serius banget??” sapa cewe itu dengan suara lembut dan senyum manisnya.
Neyna menengok dan membalas senyum si gadis tersebut yang bukan lain adalah cewe yang dari tadi di lihatnya si cewe cantik yang pernah dia lihat bersama sosok Reza di kafe pada waktu itu. Dan sok cuek melanjutkan permainan di hapenya itu.

“Lagi nungguin siapa mba?” Tanya cewe itu lagi serasa ga berdosa (ya emang ga punya dosa sih ma Neyna, Neyna aja yang males nanggepinnya)

“Lagi nunggu temen ambil hadiah kuis.” Jawab Neyna singkat.

”wah.. menang kuis apa emangnya mba? Kayanya aku baru kali ini liat mbaknya disini? Baru pertama kesini yah?” tanya si cewe cantik iitu lagi.
(kalo kuisnya nonjokin ni cewe yang di gandeng Reza sore itu sih aku juga  bakal ikut... ga usah dikasi hadiah juga gapapa... batin Neyna makin malas).

”ga tau.. kuis apa, tadi dia ga cerita cuma minta anter ke radio frezz buat ambil hadiah aja gitu.”

”oh... gitu...  mbak nya masih kuliah atau udah kerja?” tanya si cewe cantik

”kuliah.. kenapa emangnya? Wajah saya terlihat tua yah untuk ketegori masih kuliah???” Neyna makin ga karuan.

”ih... engga... siapa bilang... mbaknya itu cantik.. manis juga... ga maksud gitu mbak.. oh iya mbaknya suka dengerin acara secangkir cinta di ujung senja ga?”
Tanya cewe itu lagi pada Neyna yang udah ga konsen dengan permainan game hape nya itu tapi masih tetap sok sibuk dan sok serius itu.

“Suka. Kenapa emang?” jawab Neyna dan balik bertanya.

“Ga pa pa. berarti tau Dana yah?” Tanya cewe itu lagi
Neyna menghela napas panjang yang makin males dengan cewe disebelahnya yang makin lama makin bawel tanya-tanya aja dari tadi.

“Iya, tau suara aja. Orangnya yang mana sih saya ga ngerti.” Jawab Neyna ditambah dengan hiasan bayangan tanda tanya diwajahnya.

“Oh… ikutan aja nanti mba. Saya mau kasih surprise buat dia mba. Hari ini kan dia ultah, jadi kan mba nya bisa sekalian tau Dana.” Ajak cewe itu.

“Oh… hari ini Dana ultah yah?? Emang ini tanggal berapa sih mba?” Tanya Neyna pada cewe itu mpe pikun dengan tanggal dan hari.
“Iyah… ni kan tanggal 18 april mba. Dana lagi ultah yang ke 25 th. Ntar jangan pulang dulu yah, ikut ngeramein surprisenya.” Ajak cewe itu lagi

“Hah…??? Ini tanggal 18 april mba???”

“Iya… kenapa emangnya? Ada janji ma orang yah?”

“ah… ga ko. cuma inget seseorang aja. Dulu punya temen yang tanggal lahirnya sama 18 april juga.” Jawab Neyna santai

“Oh… kenapa ga ucapin ultah ajah. Ato kasih surprise juga??” Tanya cewe itu pada Neyna

“Pengennya sih gitu. Tapi mo ngucapin pake apa yah??? Orangnya dah ilang di telan bumi. Ga tau sekarang ada dimana dan lagi ngapain” jawab Neyna inget dengan keberadaan Reza yang dah ga bisa terdeteksi lagi. Alat pendeteksi gempa aja dah ga bisa ngedeteksi Reza sekarang ada dimana. Seandainya Neyna berteman dengan kesatria baja hitam mungkin bisa menolong dia untuk mencari keberadaan Reza dengan radar pendeteksinya. Atau seandainya Neyna punya sobat sehebat doraemon pasti Neyna bisa kasih surprise buat Reza dengan pintu kemana sajanya itu. Tapi yang jelas klo sampe Neyna bisa punya sabahat kaya doraemon dan kenal kesatria baja hitam yang jelas yang kaget duluan bukannya Reza tapi ya yang nulis cerita duluan yah…. Hehehe

“Oh… gitu yah. Orangnya ngilang yah.”
Neyna hanya mengangguk-angguk ga jelas pada cewe itu.

“Ney…………. Aku dapetin boneka lucu niyh….dan lihattt........... duid duaratus lima puluh rebuuuu........ ayoo berpestaaa... kamu pengen maem apa sayangkuh??” Setengah teriak Sarah menghampiri Neyna dengan memamerkan boneka yang baru di dapatnya itu dan duduk di sebelah Neyna.

“Seneng banget yah… bis dapet hadiah. Lucu banget bonekanya.” Komentar cewe itu sambil melemparkan senyum pada Sarah. Dan Sarah balik membalas senyum pada gadis cantik itu.

“Sar, pulangnya ntaran yah. Aku mo ikut ngeramein acaranya mba ini, yang lagi mo kasih surprise buat Dana yang katanya ultah hari ini. Gimana?” Tanya Neyna pada Sarah.

“Oh… mang Dana ultah yah Ney. Ya udah ga pa pa. lagian juga aku ga da acara lagi ko.”
Jawab Sarah santai

“Eh… sepuluh menit lagi Dana pasti keluar dari ruangannya. Aku mau siapin kue sama yang lainnya dulu yah.” Ucap cewe itu seraya bergegas menyiapkan semuanya dan memanggil teman-teman Dana yang lainnya itu.

Sebuah kue tart cantik dengan berhiaskan tulisan H’PPY B’DAY dan lilin manis berbentuk angka 25 yang sudah siap untuk ditiup itu sudah dibawa dengan hati-hati oleh cewe itu. Dan mengajak Neyna dan Sarah untuk bergabung dibelakangnya dengan para kru radio frezz untuk segera mengagetkan Dana dengan surprise yang sudah direncanakannya itu. Langkah demi langkah Neyna ikuti, hingga tepat di depan pintu wanita pembawa kue itu menyapa Dana yang masih sibuk dengan peralatan siarnya itu.

“Sayang…. Happy B’day yah…..” dengan ekspresi yang sungguh sangat bahagia wanita itu menghampiri Dana dengan hati-hati agar api lilin ultahnya tak sampai padam.

Diikuti oleh rekan-rekannya yang lain di belakangnya dengan keramaian sendiri, ada yang tiup-tiup terompet ada yang nyanyi-nyanyi hapy b’day, ada yang sibuk nyemprotin cream-cream gitu ke wajah Dana, ada yang joged-joged ala topeng monyet dan masih banyak hal hal yang sedikit agak ga wajar di mata Neyna sore itu.. Dan saat pertana kali melihat Dana itu yang paling membuat Neyna kaget dan tertegun hingga tak bisa berfikir sejenak.

Niat hati memang ingin ikutan ngeramein suasana pesta surprise buat Dana si Penyiar idolanya, tapi yang di dapet malah dia sendiri yang dapetin surprise dari acara itu.

Sarahpun ikut dapetin surprise di situ, gimana ga kaget Dana sang penyiar idola Neyna itu, tersenyum lebar dan menyambut pesta kecil itu dengan begitu gembiranya dan membalas ucapan dari cewe si pembawa kue itu dengan mesranya dan kata-kata manis “makasih sayang…” dan kecupan manis meluncur dari bibir tipis nya tepat di kening gadis cantik itu.

Oh… Tuhan mimpi apa aku semalam??? Pikir Neyna dalam hati, apa sebenarnya yang terjadi siapa Dana itu sebenarnya,,,, kenapa semua yang ada pada dirinya benar-benar seperti duplikat dari sosok Reza. Wajah tampannya, senyum manisnya, sikap hangatnya, tatapan matanya yang selalu penuh makna, semua yang Neyna lihat pada Dana bagaikan cerminan Reza yang pernah dia miliki. Lalu siapa Reza? Dana? Cewe itu? Bahkan Raymon? Apa Reza dateng hanya untuk menggoda aku saja? Lalu kenapa saat siaran Dana kemaren menyebut nama Neyna? Neyna siapakah yang dimaksudkannya itu?? Apakah ada Neyna-Neyna yang lain??? Kisah apa ini….???
Neyna hanya diam dan mengikuti acara itu dengan hati penuh Tanya.

“Ney…. Itu Dana kah???” bisik Sarah lirih pada Neyna
Neyna tak menghiraukannya sedikitpun, Neyna hanya bisa diam menatap Dana lekat-lekat.

Mereka berkumpul bersama disana, suasana mulai ramai setelah Dana meniup lilin kue ultahnya itu. Dilanjutkan dengan acara potong kue dan potongan kue pertama Dana beri pada kekasih tercintanya itu. Neyna hanya berusaha keras untuk tetap tenang dan santai untuk sore itu. Lama bercanda dengan suasana yang ada, tiba-tiba cewe cantik kekasih Dana itu membuka percakapan dengan memperkenalkan Neyna pada Dana.

“Oh…iya sayang, ini ada cewe yang setia selalu dengerin acara kamu loh klo bawain acara secangkir cinta di ujung senja. Eh… tunggu btw kita ini belum kenal yah? Oh iya, kenalin dulu lah… namaku Denis.” Seraya mengajak berjabat tangan tak lupa gadis itu tak pernah bosan untuk melemparkan senyum manisnya itu.

“Oh… yah??? Ga pernah absent buat dengerin aku cuap-cuap? Wah..wah.. wah.. istimewa sekali kita bisa ketemu pas aku ultah.” Ucap Dana santai

“Oh… iya, namaku Neyna. Iya ga pernah absent sedikitpun.”

“Ney…. Na…. siapa tadi???? Ney… na kah yang selalu mendapatkan pesan dari cowo yang bernama Raymon itu?? Apa jangan-jangan Neyna yang dimaksud dia itu kamu yah??” ucap Dana sambil mengingat-ingat.

“Neyna… yang namanya pernah kamu sebut semalam juga kah????.” Jawab Neyna kemudian agak ragu ragu.

“Saya sebut??? Apa iyah??? Aduh… aku malah ga sadar sendiri gini yah?? Lupa.” Jawab Dana cuek banget.

“kamu kenapa Ney sepertinya aneh ngeliat Dana???” Tanya Deniss melanjutkan, bingung dengan tatapan Neyna pada Dana yang begitu serius memperhatikan.

“Oh… Ga pa pa koq. Aku rasanya sering lihat dan ketemu ma orang seperti Dana. Sering sekali dan seperti sangat kenal sekali.” Ucap Neyna terbawa dengan suasana hatinya

“Oh… ya.. padahal kita kan baru ketemu sekali ini yah?? Mungkin karma Neyna dah akrab dan hafal banget dengan suara aku yah.” Sambil tersenyum Dana berkata

Neyna tak henti-hentinya menatap Dana lekat-lekat matanya benar-benar terfokus pada sosok itu. Dana mengeluarkan rokok dan mulai menghisap rokoknya itu dengan santai. Makin menjadi-jadi Neyna melihat gayanya yang benar-benar sama seperti sosok Reza yang sangat disayanginya itu yang kini tak tau keberadaannya. Setelah menyalakan rokoknya Dana berbegas permisi untuk ke kamar kecil, pematik apinya yang Dana tinggal di meja itu jadi maenan Neyna ketika sosok Dana yang mirip sekali dengan Reza itu sudah tak di depan mata. Terlihat Sarah yang sudah mulai cocok dan akrab dengan Denis dan para kru Radio frezz. Neyna terus memainkan pemantik api itu, menyalakannya dan mematikan apinya berkali-kali dan tanpa sengaja pemantik api itu terjatuh dari genggaman jemari mungilnya. Lengan mungilnya menggapai pemantik api itu yang terjatuh di kolong meja di luar ruang siar itu. Sungguh tak di sangka dan tak di nyana tahap demi tahap susunan acara kejadian-kejadian di hari ini membuat Neyna tertimpa kekagetan yang bertubi-tubi. Disalah satu sisi dari pemantik api itu terlihat jelas ada satu ukiran manis yang menghiasi pemantik api itu. Sebuah tulisan yang membuatnya tertegun dan hanya bisa menelan ludah. Dengan lirih Neyna membaca tulisan itu….

“Ney….Na….” ucapnya lirih dan melihat pemantik api itu sangat hati-hati.
Hanya satu ciri yang bisa buat aku tau tentang siapa raymon sebenarnya yaitu satu yang hanya dia katakan dan pesan-pesannya itu bahwa dia mempunyai sebuah pemantik api yang ada ukiran nama Neyna di salah satu sisinya.
Pertanda apalagi ini. Batin Neyna makin tak tentu. Semua jadi terasa sangat membingungkan.

Kejadian sore ini di tutup dengan semua rasa penasaran yang Neyna bawa pulang dari Radio Frezz.
Malem ini ingin rasanya Neyna tak memikirkan semua yang terjadi sore itu.  

‘’Neynaaaa.... aku bawain nasi goreng spesial buat kamuuu ayoo... kita makan bareng... di kamar kamu ya ney?’’ teriak Sarah memasuki kamar Neyna dengan mebawa bungkusan 2 nasi goreng ada 2 gelas jus alpukat kesukaannya.

“kenapa sayang?? Pasti masih mikirin kejadian tadi sore itu yah??” tanya Sarah menerka nerka

“gimana engga kepikiran Sar?? Bener bener sulit untuk dimengerti... Dana?? Apa itu Reza??? Ngomong ngomong pekerjaan mas Reza itu apa sih Sar?? Apa mungkin Dana si penyiar itu adalah mas Reza???” pikir Neyna serius.

“iya juga yah... lah kamu itu juga aneh... kenal baik dengan mas Reza koq ga tau kerjaan dia apa? Apalagi aku Ney?? Mana aku tau?? Tapi kalo di liat liat mas Reza itu udah kerja belum sih Ney??”

“katanya sih udah kerja, tapi aku juga ga gitu tanya tanya banget masalah kerjaaannya. Hanya saja aku pernah tanya Sar, kesibukan mas Reza apa? Dia jawab kerja di salah satu perusahaan temennya, tapi kerjaanku ga begitu seperti orang kantoran. Kan kita juga tau Sar, mas Reza lebih sering terlihat nongkrong di depan rumahnya bersama teman teman ga jelasnya itu.”

“trus kesimpulannya??? Menurutmu masa Reza itu adalah Dana??? Lalu??? Kenapa kemaren dia ga kenal kamu Ney? Ga sapa kamu? Dan kamu juga kenapa ga tanya ke Dana aja”

“pengennya juga tanya Sar.... rasanya pengen aku tarik tangannya dan aku introgasi semau aku Sar. Tapi kamu tau kan ada Denis di samping lelaki yang kita bilang mirip Reza itu?”

“ya udah... mending buat pr besok lagi aja ney, nih aku dah beliin kamu nasi goreng gula jawa..... istimewa buat kamu Ney..”

“nasi goreng jula jawa??” tanya Neyna bingung.

“hehehehe... iya nasi gorengnya sih pedes... tapi rasa gula jawa.... karna manisnya dari aku ney...” ucap Sarah genit.

“hahahahhaha dasar....”
Malam itu menutup kegundahan Neyna.





“Neynaaaa................. coba tebak tadi aku ke kampus dianter siapa??” Reni memulai keributan dengan suara melengkingnya yang mengagetkan Neyna yang sedang asik dengan notebook mininya berselancar didunia maya di depan kelas kampusnya.

“siapa emang?” jawab neyna santai

“ih... coba di tebak donk sayang...” Reni kembali berucap hanya saja kali ini volumenya menjadi berbisik....

“kang pardi?? Supir ayah?? Si Jojo tukang loper koran langgananmu?” jawab Neyna agak menggoda...

“ney.... bukannnn bukaaannnnn.... ko kang pardi sih? Si jojo apalagii.....”

“lah... terus siapa donk??”

“sama bang kirun..........” jawab Reni ngambek...

“hahahaha... ngambek..... sapa Ren?? Siapa???”

“tadi.... aku brangkatnya nebeng Faniiii...... oh Neynaaa.... Fani itu wangi sekaliii.... ganteng banget, sampe ga bisa kedip dan nafas tadi aku. Untung aja aku ga punya history penyakit jantung... bisa mati mendadak tadi.” Cerocos Reni semangat

“serius??? Emang gimana ceritanya??” tanya neyna ingin tau

“tadi itu... mobil aku mogok Ney, aku coba utak utik utak utik di pinggir jalan tapi tetep aja ga ada hasil, pas aku lagi jongkok frustasi karna mobil mogok eh.... tiba tiba ada yang dateng tanpa permisi dan menawarkan tumpangan. Oh tuhan..... pas aku liat ney.... Faniiiiiiiiiiii ya ampun....... gemeteran aku ney.”

“terus terus?? kamu ikut nebeng dia?”

“iya donk.... inget kata orang orang jaman dulu.... kesempatan itu ga datang dua kali, maka jangan pernah kamu menyia nyiakan kesempatan yang sedang datang padamu.”

“emang orang jaman dulu kaya apa sih Ren?? Aku kan orang jaman sekarang ren??”

“neyna..... pliss deh..... tolong yah.... hari ini aku lagi seneng ney.... dududududududu....”

“duh.. iyah yang lagi seneng... trs kalian ngobrolin apa di jalan?”

“aku ngobrolin si kimut ney...”

“kimut???? Ngapain malah ngobrolin kucing berbulu mu ituh?”

“ih... neyna.... ternyata Fani juga suka piara kucing ney, ga nyangka ney aku dan dia memang punya banyak kemiripan, memang kalo jodoh itu ga kan kemana yah ney?”

“hahahhaha dia kenal kamu ga Ren?”

“iya dunk... dia pasti kenal aku ney...”

“loh... emangnya kamu dah kenal ma Fani Ren sebelumnya??”

“engga sih.... tadi waktu dia tawarin aku nebeng........


            “hei... kenapa mobilnya? Mogok yah?”

            “i...i...i...ya.... ga tau ini mogok....”

“mau ke kampus?? Mau bareng? Aku juga mau ke kampus koq, kita satu arah kan?” tanya Fani dengan gaya kerennya

“boleh... boleh... ngerepotin engga, kalo aku ikut nebeng kamu?” tanya Reni gugup

“engga.... santai aja, terus mobil kamu gimana?”

“tadi aku udah hubungi supir ayah koq... nanti dia yang urus.” Jawab Reni
Selama perjalanan awalnya kaku sekaliii..... hmm....

“oh iya .... kamu koq tau aku satu kampus dengan kamu? Padahal kita kan ga saling kenal sebelumnya?” tanya Reni takut takut

“oh... iya.... aku inget kamu koq...”
Reni makin tersipu malu karna merasa dirinya bak seorang selebriti kampus yang banyak di kenal orang.

“iya sih.... aku juga sering tuh kaya gitu.... disapa orang terus ngobrol lama tapi akunya engga kenal eh... tapi dianya kenal. Tapi seru ajah sih.”

“wah seru yah?? Iya aku inget kamu waktu aku lagi tanding basket 2 minggu yang lalu dengan kampus tandingan. Kamu ikut nonton kan?”

“iya.... koq tau???” Reni makin tersipu malu merasa dirinya di perhatikan oleh seorang Fani.

“iya jelas tau lah.... kamu kan teriak teriak paling kenceng sebut sebut nama aku waktu nonton itu... aku aja sampe kaget waktu asik dengan pertandingan.” Jawab Fani santai

Mendengar itu wajah Reni memerah bagai buah duren tersiram pewarna kue apem...

“hahahahahahaha...... gokil.......” neyna terbahak mendengar cerita Reni.

“malu Ney... tapi ada hikmahnya juga bisa di kenal ma Fani, coba kalo aku ga kaya gitu... mana Fani tau juga yah Ney?”

“betulllll salut untuk Reniii....”

“Ren, mobil kamu gimana? Udah beres kah?”

“udah tadi aku di telfon kang pardi katanya mau di anter ke kampus. Kenapa mang ney? Kamu mau minta di anter kemana?” tanya Reni curiga

“hahahha tau aja kamu aku mu minta di anter.... mau ga bantuin aku?”

“bantuin apah?”

“jawab dulu... mau engga?”

“mau.... asal aku ga disuruh panjat pinang aja....atau ambilin duit koin di buah semangka yang berlumur tinta item...”

“hehehehe engga Ren.... bantuin aku ngebuntutin orang? Mau?”

“siapa??”

“udah.... kalo mau ayo buruan telp kang pardi suruh mobilnya segera diantar kemari.”

“loh.... terus kita ga kuliah sai?”

“kuliahnya kosong Ren, Bu eka nya lagi keluar kota... pak Guntur juga ga masuk tadi cuma kasih tugas.”

“tugasnya dikumpulin engga ney? Iya dikumpulin minggu depan...”

“aku pinjem yah ntar biasaaa copypaste...”

“beressss”

Seraya membereskan buku bukunya Neyna dan Reni menunggu Kang Pardi datang asik makan cimol yang dijual di depan kampus...

“lurus aja terus.... depan mentok belok kanan ya.” Neyna mengarahkan

“kemana sih ney??” Reni bertanya tanya

“udah... ikutin ajah...”

“ini kan kalo ga salah jalan yang mau ke arah radio Frezz ney??”

“iya bener... seratus buat Reni.... mang mau kasih makanan cemilan ini ke sapa
Ney di radio Frezz??”

“stop... udah brenti disini aja....... matiin mesinnya.... dan kita ngobrol disini aja ren...”

“loh... kenapa ga turun aja??”
“kita kan mau mebuntuti seseorang disini.... jadi jangan turun donk sayang.... nah cemilan cemilan ini memang aku beli buat kita biar ga bosen Ren...”

“hmmm..... dasar.... emangnya kita mau ngebuntutin siapa sih Ney?”
Satu jam lewat.... masih asik duduk di mobil Reni dengan tetap terfokus pada pintu keluar Radio itu.

Dua jam sudah menanti perkembangan.....

Dan  tepat lewat 15 menit, lelaki berbadan tegap itu keluar dengan menggandeng seorang wanita cantik.

“nunduk Ren... target kita muncul...”
Reni pun meurut apa yang Neyna katakan meski sedari awal bertanya siapakah gerangan yang ingin dia ikuti tapi selalu tanpa jawaban dari Neyna.
Setelah pasangan muda mudi itu melaju dengan mobilnya menjauhi Radio. Neyna dan reni pun mengikuti kemanapun arah mereka pergi.

“Ney... siapa sih ney?? Aku ga terlihat jelas tadi pas mereka keluar. Aku pengen tau malah disuruh nunduk ma kamu.”

“udah... ntar juga tau sendiri ko.... santai aja ikuti saya”

“penasaran tau?”

“Stop Ren........ jangan terlalu deket dengan si target.... ntar ketauan kalo kita ngikutin mereka.”

Terlihat mereka turun dari mobilnya dan memasuki sebuah rumah yang cukup asri dengan tamanan tanaman hijau dan taman dihalaman rumah itu.

“itu bukannya mas Reza Ney?? Dia ngapain ma cewe? Mas Reza?? Dan punya cewe??? Ko ga turun aja terus kamu sapa Ney? Kenapa harus main kucing kucingan gini sih?”

“maka dari itu sayang aku pengen tau dia itu siapa.... tapi dia itu bukan Reza.... aku pernah ketemu sebelumnya dan dia ga kenal aku sama sekali Ren. Sakit banget deh liat cewe cantik itu di gandeng mesra didekatnya.”

“hahahhaha tandanya lo sukaaaaaa dari dulu aja ga mau ngaku.... nyesel kan lo di tinggalin gara gara cewe lain.”

“eh.... liat mereka keluar lagi tuh”

“iya... ikutin terus Ren, tapi jaga jarak ya Ren jangan sampai mereka tau keberadaan kita.”
Mobil mereka melaju cepat menembus keramaian lalu lalang kendaraan di siang ini. Dan mereka berhenti di salah satu tempat makan.

“trus... kita mu tungguin mereka makan di sini juga Ney? Di dalem mobil ajah?” Reni sudah mulai agak bosan

“hmm.... iya yah... yaudah deh... kita balik aja Ren.... makasih yah uda bantuin aku Ren.

“iyah.. apa sih ney yang engga buat sahabat aku yg satu ini... udah yah, kita puter arah aja yah....”

“okee... tapi.. tunggu dulu.. rasa rasanya kamu pernah cerita mengenai cowo yang mirip banget dengan mas reza dan menggandeng wanita cantik di kafe yang terakhir kali kamu dam mas Reza datengin kan?” Reni mencoba mengingat ingat.

“yups.. betul... kamu ko masi inget aja sih Ren..? maka dari itu... aku penasaran dengan makhluk itu Ren..”

“ow... ntar aku coba bantuin cari tau deh...” ucap Reni mencoba membantu

“Bantuin..?? pake apa Ren? Mu sewa detektif buat buntutin dia??” Neyna kaget

“enggaaa... bantuin doa aja Ney.... xixixixi” jawab Reni dengan tampang usilnya itu.

“Hahaha dasarrr.... Reniii....”


Seengga engganya udah tau rumah Dana....... malam ini kerjaan tugas seabrek seperti biasa... menumpuk tak beraturan di kamar Neyna.

“Lum tidur Ney?” sapa Sarah mengagetkan Neyna dari balik pintu kamar Neyna

“biasalah Sar, tugas yg harus segera terselesaikan.” Neyna seraya sibuk dengan penggaris buku pensil dan perhitungan perhitungannya.

“Aku mau buat kopi... kamu mau Ney?” Sarah menawarkan jasa nya untuk membuatkan kopi malam ini

“boleeehhh... mau.... aku mau.... pake gelas yang kecil ajah yah Sar.”

“Oke.... siap bu Neyna.”


“nih kopinya... udah, istirahat dululah bentar ney, dari tadi aku ga liat kamu keluar kamar.... sibuk mulu...”

“lumayan Sar, bisa mengalihkan fikiranku Sar, dari pada aku keinget mas Reza?”
Jawab Neyna sambil meringis manis

“iya sih.. tapi juga ga harus jadi autis kan Ney?”

“hahahahaha... iya... tenang ajah Sar... tumben kamu ga pergi ma Hendra? Biasanya jam segini kamu belum ada di kosan masih ngeluyur ma Hendra, kemana dia?”

“hmm... ga tau udah putus sejam yang lalu.” Jawab Sarah cuek

“hah??? Knp???? Ko bisa??? Emang ada masalah apah?” Neyna kaget mendengar pernyataan Sarah dan meletakkan buku dan alat tulis nya dan duduk di dekat sarah sambil menikmati kopi nya.

“sulit Ney, mau dijagain mpe lama pun juga hasilnya akan nihil. Bukan masalah lain karena ketidakcocokan dari diri kita masing masing. Tapi.... ini masalah keyakinan ney, keyakinan yang tak dapat disatukan. Mungkin ini jalan yang terbaik Ney, moga aja Tuhan masih mengirimkan orang yang terbaik untuk ku Ney.”

“amin.... iya sih bener juga Sar, keyakinan memang sulit... sudah mendasar dan mendarah daging. Udah sabar aja, aku yakin Sar, Tuhan pasti bakal kirimkan seseorang yang lebih baik buat kamu.”

“iya Ney.... sedih aku Ney....”

“sabar...”

“gimana Ney.. perasaan kamu sekarang?? Masih penasaran dengan Dana? Yang ternyata mirip banget dengan mas Reza

“iya Sar... bayangan Reza ada jelas dimata ku ketika aku jumpai Dana di radio itu. Semua serba membingungkan. Bikin otak ini berpikir keras, jantung ini begedup makin tak sejalan dengan inginku yang ingin semuanya jelas. Apa dia itu reza??? Lebih parahnya lagi kemarin aku liat Dana memegang pemantik api yang bertuliskan namaku disalah satu sisinya.”

“lalu? Apa hubungannya pemantik api itu dengan Reza ataupun Dana? Aku jadi makin bingung Ney.” Sarah mulai dengan pikirannya.

“jadi aku kan suka ngikutin tuh perkembangan si cowo misterius yang hobi dan doyan banget Sar kirim tisam lewat secangkir cinta di ujung senja...  itu katanya dia itu cerita di pesan tisamnya kalo dia itu punya pemantik api yang di salah satu sisinya dia ukir nama Neyna. Kayanya ko ada benang keterkaitan yah Sar? Atau hanya aku saja yang kepedean kalo sebenernya Neyna yang selalu dapet salam di acara itu bukan aku Sar?”

“hmm.... ko jadi rumit juga yah Ney? Tapi kalo menurut pikirku dan perasaanku memang ada keterkaitan Ney. Hanya aku masih bingung Dana dan Reza?? Apa mungkin itu Reza yah Ney?” Sarah bertanya tanya.

“mungkin juga... kalo sampai ya Sar yang sebenernya lelaki yg kemarin aku temui itu Reza.. sungguh Sar aku tak ingin lagi mengenalnya. Cukup tau aja Sar, sakit hati lah aku dibuatnya.”

“iya juga yah Ney, parah itu namanya...”

Percakapan makin hangat di malam itu, rasanya nyaman bila bercerita dengan Sarah, dia salah satu teman terbaikku, dia adalah pendengar yang baik, sahabat yang mau berbagi. Ga heran bila kami dijuluki kakak beradik di kos an... bukan karna kita mirip... ya karena mungkin kita memang nyaris tak pernah ada marah atau selisih paham. Sarah memang sudah Neyna anggap layaknya saudara perempuannya, pas banget rasanya ketika Neyna tak memiliki kakak perempuan. Tuhan memang baik Neyna selalu di pertemukan dengan orang orang yang mengasihi dan menyayanginya.




Pagi lagi ke kampus lagi... kuliah lagii...
Seperti hari hari sebelumnya... kampus tetap saja ramai, dan kontras sekali dengan suasana hati ini... ketika dulu sudah merasa ada yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik, menorehkan suasana ceria dalam runtutan hidup Ney. Tapi... sekarang dia pergi lagi...

Mas Reza.... sungguh aku butuh teman penghibur... butuh candamu untuk meluluhkan kaku bibirku ini.
Tiga minggu sudah, mas Reza belum kunjung ada kabar beritanya.
Neyna masih sibuk dengan acara favoritnya, mendengar pesan dari Raymon cukup menghibur rasa sepinya.


Genap 1 bulan sudah....
Neyna masih sibuk dengan rutinitas kesehariannya...
Pagi ini Neyna bertekad keras untuk segera mengakhiri penasarannya itu. Tentang keberadaan mas Reza yang tanpa kabar. Sebetulnya bertanya pada tante Elis, ibunda mas Reza itu mungkin adalah cara yang paling simple di banding dengan cara lainnya. Jaim...... aneh.... bila Neyna yang tak pernah sama sekali berkunjung ke rumah tante Elis tiba tiba datang dan menanyakan kabar mas Reza?
Dengan sepeda motor kesayangan nya Neyna melaju tanpa ragu, menuju radio frezz untuk menemui Dana.

Dengan berbekal beberapa foto di hp Neyna saat bersama Reza.

“mbak..... mas Dana nya ada?” tanya Neyna pada salah satu wanita yang sedang bertugas pagi itu.

“wah... mas Dananya kebetulan lagi ga ada jadwal siaran mbak? Coba aja mbak di
telp ke hape nya? Udah janjian belum?”

“wah.... ga ada yah? Belum janjian sih mbak... Cuma ada urusan penting yang mendadak. Nomer hape nya?? Aku ga punya mbak? Bisa minta nomer hapenya mas dana?”

“iyah di telp aja coba mbak, ini nomer hapenya, sebentar yah mbak saya catatkan di kertas.” Ucap mbak itu seraya menuliskan no ponsel Dana dan menyodorkan kertas itu pada Neyna.

“wah... makasih yah mbak, kalo begitu permisi pulang dulu mbak.” Neyna pamit pulang dan segera menghubungi Dana.
Untungnya hari ini jadwal siaran Dana ga padet jadi bisa untuk memenuhin permintaan Neyna. Mereka janjian di kafe tempat Neyna pernah melihat Dana bersama Denis itu. 10 menit Neyna menunggu Dana di sana dengan minuman yang sudah dipesannya itu. Sambil sibuk dengan majalah yang baru dibelinya itu.
Terlihat Dana berjalan santai menuju ke arah mejanya dan seperti biasa dengan sebatang rokok yang menyelip di sela jemarinya dan dia hisap sesekali.

“Hai… sorry, lama nunggu yah?? Tadi da urusan sedikit jadi telat datengnya. Sorry yah.”

Sapa Dana pada Neyna seraya duduk di depan Neyna dan mencari daftar menu untuk memesan minuman.

“Iyah ga pa pa kok. Lagian juga ga nunggu terlalu lama.” Jawab Neyna santai

“Oh iya, ada apaan nih? Katanya ada yang mau kamu tanyain?” Tanya Dana pada Neyna  

“Iya niy… sorry yah dah ganggu waktu kamu. Tapi aku mau tau sedikit tentang sesuatu dan sepertinya cuma sama kamu aku bisa tanya tentang hal itu.”

“Emang masalah apa Ney?”
”ya masalah ga gitu penting mungkin menurut kamu, tapi ini penting banget menurut aku.” Neyna lugas

”masalah apa Ney?”

”maksud kamu apa pake nama samaran Reza saat kenalan denganku dan ternyata bernama Dana? Untuk hal apa kamu menyembunyikan identitas yang sebenarnya dari aku Za????” Tanya Neyna antusias dan ingin tau segera.

”Ney... namaku Dana.... bukan Reza.. bukan Zaza ataupun Mirza... aku dana Ney... kamu ini sebenernya kenapa Ney?”

”Cukup lah Za... ga usah berpura pura di depan aku Za, sekarang Cuma aku dan kamu disini tanpa cewe kemaren yang kamu bawa dan cuek melihat ku padahal jelas jelas kamu melintas di hadapku. Sandiwara apalagi ini??”

”Sandiwara apa Ney?? Aku makin bingung kalau kaya gini ceritanya.”

”ya udah kalau kamu bingung aku lebih lebih... lebih bingung dengan kata kata kamu dulu ke aku.”

”kata kata yang mana Ney??? Aku jadi bingung dengan kamu... maksud kamu apa sih Ney?”

”iyah.. bayangin aja tuh belum ada setaun, udah lupa mas semuanya??”

”lupa apa sih Ney? Aku makin ga ngeh dengan apa yang kamu maksud..???” Dana makin bingung dengan kata kata dan pertanyaan Neyna yang meluncur bertubi tubi.

”kamu kenapa pake ganti nomer hape segala si Za??”

”Ganti nomer hape?? Nomerku masi tetep yang dulu, dan aku ga pernah ganti no hape Ney.” Dana semakin bingung di buatnya

”gini deh.. ceritain aja dari awal Ney, yang kamu maksud Reza itu siapa?”

”jadi kamu itu bener bener Dana? Bukan Reza?? Kamu punya kakak atau adik?” Neyna mencoba menenangkan dirinya dan bertanya perlahan.

”iya aku Dana.. aku anak tunggal Ney, aku ga punya kakak atau adik Ney.”

”Lalu????? Siapa orang di foto ini?????” seraya membuka menu galeri di ponselnya dan memperlihatkan gambar Neyna bersama Reza saat itu. Dan dana menarik ponsel Neyna seakan tak percaya Dana makin serius melihat foto di hadapan matanya itu.
” inii.... siapa Ney?” tanya Dana ragu

”itu foto Reza... paham dari tadi yang aku pertanyakan ke kamu Dan?”

”ya Tuhan... ini bukan sekedar mirip Ney... tapi sama... kamu kenal dimana? Aku bahkan belum pernah ketemu dengan orang ini Ney. Aku tak tau dia siapa Ney.” Dana makin antusias bahkan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“karena itulah saat ini aku ajakin kamu ketemu.”

”kenapa kamu bingung gitu Ney, kenapa ga kamu cari dia di rumahnya.”

”itu sudah aku lakuin Dan... aqpun sudah tanya mama nya.. tapi jawaban nya, nihil.. tak ada penjelasan yang pasti. Tiba tiba hilang saja tak berbekas.”

”aneh... masa ibu nya sendiri ga tau keberadaan anaknya sendiri?? Ibu yang aneh. Memang setau kamu hubungan anak itu dengan ibunya seperti apa Ney? Sampai sampai dia ga tau anak nya sekarang dimana?”

“seandainya dia sekarang ada di depanku… aku bakal langsung tanya dia dan aku ga kan minta sedikit waktu kamu di sini. Aku butuh informasi tentang dia. Aku kehilangan jejaknya. Dia pergi tanpa pesan sedikitpun. Dia terakhir bawa aku dateng ke kafe ini. Dan selanjutnya dia tak pernah muncul lagi dihadapanku tanpa alasan yang jelas dan tanpa kata-kata. Seakan hilang ditelan bumi begitu saja dan tiada satu orangpun yang tau keberadaannya.”

”coba kamu tanya teman terdekatnya?”

”sudah... jawaban mereka juga sama, merekapun juga merindukannya. Apa saya harus pasang iklan pencarian orang?” Neyna makin tebawa suasana ingin taunya.

”percuma juga pasang iklan.. kamu telusuri kabiasaan kebiasaan dia pergi. Datangi... siapa tau dia saat itu bebarengan dengan kamu datang di tempat yang sama yang biasa sering dia kunjungi.”

”setauku hanya kafe itu tempat yang sering dia kunjungi.”

”oke.. nanti aku bantu buat selidikin dan cari tau mengenai informasi dari Reza temen kamu itu, aku juga jujur kaget banget ketika liat sosok yang ada di foto tadi. Dan aku juga penasaran dengan jati diri orang itu.” Dana menjelaskan pertanyaan kebingungan dan fikir dan hatinya.

”makasih Dan, tolong bantu aku cari tau yah Dan. Oh iya satu lagi yang ingin kau tanya ke kamu Dan, aku penasaran dengan jati dari Raymon si cowo misterius yang tak pernah absen sedikitpun untuk memberi pesan dan puisi-puisi indahnya lewat acara yang kamu bawain itu. Itu nama Neyna yang dia tuju apakah namaku? Kamu masih simpan kertas kertas tulisan tangannya?? Aku bingung dengan semuanya Dan.” tanya Neyna berlanjut.

”oh iya aku inget Raymond... tulisan tangannya yah Ney?? Iya yah... sepertinya neyna yang dia tuju itu kamu Ney, Hmm... ada di kantor... nanti coba saya cari dan saya bawa ke kamu kalo kamu pengen liat.”

”iya Dan aku bener bener bingung kenapa rasanya antara kamu reza dan raymond itu saling terkait? Atau hanya perasaan aku saja ya Dan?”

”aneh.. aku jadi aneh saat liat foto yang bener sama dengan diri aku Ney.”

”kamu berasa aneh, terlebih aku... melihat orang yang dekat dengan ku dulu tiba tiba menghilang dan muncul mesra bersama wanita lain. Maaf jika dulu kukira kamu itu Reza.”

”pantas saja tiap kamu lihat aku pasti fokusmu wajah dan mata kamu tuh seperti bicara untuk melontarkan dan menhujaniku dengan seribu pertanyaan..” jelas Dana mengenai kerisauan pandangan Neyna dari dulu.

”lalu Dan... ada satu hal lagi yang ingin kutanya padamu..aku masih ingat dengan pernyataan dari si Raymon tentang ukiran namanya di salah satu pemantik api kesayangannya Dan. Terus kenapa kamu memiliki pemantik api itu?? Saat ulang tahunnmu aku ga sengaja liat pemantik tersebut dan aku kaget ketika aku menemukan ukiran namaku di salah satu sisi pemantik api tersebut.”
Danapun jadi ikut bingung mendengar semua pernyataan dan penjelasan Neyna. Dia segera mencari pemantik api yang sering dia bawa itu dari saku celananya. Dana jadi ikut kaget ketika melihat ada satu ukiran yang rapi yang ada si sisi kanan pemantik apinya itu.

“kamu dapet dari mana pemantik api itu? Apa bener itu milik kamu?” Tanya Neyna serius.

“Aku juga ga tau Ney, orang-orang di radio mengembalikan ini ke aku. Padahal aku dah bilang ini bukan punya saya. Tapi mereka pada ngotot, katanya sering liat aku pake pemantik api ini. Dan katanya ketinggalan di tempat siaran. Karna aku suka ngerokok, dan aku liat sekilas pemantik api ini lucu dan bentuknya aku suka jadi aku bawa terus aja. Lagian juga ga ada yang ngaku jadi pemilik pemantik api ini.” Jawab Dana menjelaskan.

”hhmm... yasudah lah makin pusing saja aku kalo begini ceritanya. Kamu ada siaran kan Dan sore ini?” tanya Neyna seraya melihat jam tangan yang lemingkar di lengan kanannya. Dilanjut dengan anggukan pasti dari Dana.

”baiklah... barangkali kamu mu ada keperluan lain Dan, masalahnya kamo kamu nanggepin aku disini bahas Reza bisa sampe malem ntar. Makasih ya Dan udah mau temuin aku.”

”bener bener hari yang ga aku lupa Ney, aku di buat kaget olehmu. Nanti aku cari kertas tisam dari raymon Ney. Dan nanti aku langsung kabari kamu secepatnya lagi.”

Mereka mengakhiri pertemuan singkat mereka. Neyna kembali meluncur ke kosan tercinta dengan membawa segudang pertanyaan yang sudah mulai berkecamuk di pikirannya. Apa sebenernya dibalik semua ini. Kenyataan yang dia peroleh hari ini adalah ”Dana itu bukan Reza!!!!”.

”Sar..... Sarah???”

”iya non... buka aja pintunya ga aku kunci kok..” jawab Sarah dari dalam kamarnya.

”hey... kenapa kamu nona manis?? Kenapa matamu sembab gitu??” tanya Sarah yang kaget dengan ekspresi wajah Neyna.

”gapapa Sar... tadi aku abis ketemu Dana dan menanyakan segala yang ingin kutanyakan Sar.”

”laluu>>??? Apa hasilnya??? Apa jawabnya??”

”dan... Dana itu memang bukan Reza... dia malah kaget melihat foto Reza di tanganku. Diapun bingung kenapa bisa ada orang yang mirip dia banget.”

”hmm... aneh ya Ney?”

”iya Sar... aku juga tanya tentang pemantik api yang dia miliki, tentang Raymon... dia juga merasakan hal yang aneh juga Sar. Pemantik itu bukan miliknya. Tapi kata temen temen kantor dia itu adalah miliknya karna mereka dering melihat Dana menggunakan pemantik itu Sar.”

”atau jangan jangan Dana itu hilang ingatan Ney, dia kecelakaan.. terus dia lupa karna dia hilang ingatan Ney kan mirip kaya cerita cerita di sinetron cinta fitroh Ney. Atau bisa juga untuk pertanyaan mu tentang Raymon.. Dana itu kesurupa Ney, keranjingan hantu, atau mabuk saat siaran. Jadi suka ngelantur. Persis seperti apa yang dulu pernah kamu ceritain.. dia seperti bicara tanpa sadar saat dia siaran.
Bisa jadi juga kaya gitu Ney?”

”Segala kemungkinan kemungkinan yang kamus ebutkan tadi sudah ada di fikirku sayang... aneh lagi kenapa yah Sar, tante Elis itu ga tau sama sekali dengan keberadaan anaknya itu.”
”iya juga yah ney. Mungkin karena Reza itu cowo Ney, jadi beda cara didik. Ga kaya kita cewe, ga keliatan sebentar di rumah aja udah di telponin.”

”mungkin.... cape ah Sar.. aku mu mandi.. mu tidur aja. Pusing...”

Menatap langit langit kamarnya... memeluk boneka kesayangannya dan menarik selimut segera untuk malam sore ini. Niat untuk tidur lebih awal sangat kuat untuk hari ini...
berkali memejamkan mata untuk memadamkan sejenak kegelisahan hati.


”Neynaaa............................ Ney....... bangun Ney.... udah pagii... ada yang cari kamu tuh.” Sarah teriak teriak seraya menggedor gedor pintu kamar Neyna.
Neyna mencoba membuka matanya, membangunkan diri dari tidur dan segera menghilangkan rasa malasnya.

”iyaaa sarr... ” seraya bangkit dari tempat peraduannya dan membukakan pintu kamarnya untu Sarah.

”bangun atuh non, udah siang. Jangan mentang mentang ga ada kuliah hari ini yah... itu ada tamu di depan cari kamu.”

”siapa Sar??”

”ga tau sayang.. tadi aku di kasih tau mbak mira, suru bangunin kamu. Makanya sono gih cuci muka trus temuin.”

”oh... oke aku cuci muka dulu deh”


Bergegas untuk menemui tamu pagi ini.

”ya ampun Dana... aku kira siapa.”

”hmm... pasti baru bangun yah??”

”iya mas.. kecapean sih jadi bangunnya kesiangan. Loh.. ko kamu bisa sampe tau aku kos disini.”

”iya.. tadi aku tanya tukang es krim depan kantorku.”

”hah???? Tukang es krim?? Siapa lagi dia?? Apa maksudnya???”

”tenang Ney ... aku becanda. Lagian mana ada tukang es krim depan kantor. Ih.. parno amat.”
”maaf mas... spontanitas dari reaksiku adalah aku sekarang suka parno jika ada tokoh tokoh baru dalam jalan ceritaku. Lah tokoh lamanya saja belum diketahui keberadaannya. Malah dikasih tokoh tokoh baru.”

”hehehehe... iya ney, aku tau kamu kos disini ga susah Ney. Kan kita dulu ketemu di radio. Kamu sama temen kos mu kan yang dulu pernah menang kuis di radio ku? Nah.. kan aku bisa liat tuh identitas.. alamat ktp dan alamat kosnya.”

”hahaha.. pinter juga ya mas kamu.”

”iya donk... pastinya... oia ini aku bawain pesenan kamu Ney, tulisan tulisna dari Raymon yang kamu minta. Kamu mengenali tulisan siapa itu Ney?”

Seraya meligat dengan seksama dan menelitinya.

”hmm.... sayangnya engga... aku ga tau tulisan siapa ini. Berarti ini bener bener ditujuin ke aku ya Dan... ada nama lengkapku di halaman paling akhirnya. Tapi kenapa ga pernah kau baca Dan selama siaran?”

”hihihi kan aku sebagai penyiar tunggal punya hak buat mensensor apa saya yang akan ku baca dan kukatakan.”

”idih... mentang mentang penyiar... begaya deh.”

”ya udah ah. Aku cuma ingin anter itu saja Ney, ini aku ada acara lagi musti jemput Denis.”

”okey... makasih yah udah repot repot sampe anterin ke kos ku.”

”iya... kabar kabar yah Ney kalo ada perkembangan dari jawaban kebingunganmu. Intinya saat ini aku sudah terbawa masuk dalam jalan ceritamu ney. Aku juga bakal ikut cari tau apa yang ingin kamu tau Ney.”

”makasih ya mas.”

Hmm.... tulisan tangan Raymon ini... membuat ku makin ingin tau siapa sebenarnya Raaymon?
Seharian ini tidak ada acara....kuliah kosong... hari ini waktunya bersih bersih kamar.... siap.... untuk bertarung dengan debu sebelum mandi pagi ini...

Siang ini tak seperti siang siang biasanya. Panasnya benar benar menyengat, kamar Neyna pun berasa panas untuk hari ini.

”Ney... cari makan yuks...” ajak Sarah mengagetkan Neyna.

”dimana?? Aku nitipa ajalah... cape Sar, liat dunk aku abis bersih bersih, nyuci baju, ni lagi sibuk beresin buku buku dan kertas kertas tugas kuliah yang berantakan banget.

”hmmm... yasudahlah... aku mu cari makan. Kamu mu nitipa apah?”

”kamu beli mam dimana Sar?”

”biasalah ney di mba iroh.... ”

”sipp.. bilang aja ma mbak iroh.. satu porsi buat Neyna. Ntar juga dia tau menu kesukaanku.”

”oke deh... ntar kalo kamarmu udah beres. Gentian ya beres beresin kamarku Ney.”

Sibuk merapikan semua berkas kuliahnya.
Dan Neyna nemuin majalah Tante elis yang pernah dipinjamnya dan belum sempat di baca nya. Majalah musik, setauku itu anak dan ibu memang doyan mengikuti perkembangan musik. Tante Elis itu kan termasuk ibu gaul. Seneng kali ya punya mama kaya Tante Elis, orangnya cuek tapi perduli, perduli tapi cuek. Cuek disini dalam artian dia tidak pernah melarang apapun keinginan si anak selama itu masih dalam kategori tidak menyimpang dan masih dalam aturan yang umum.

Iseng membaca untuk cerita cerita lucu di majalah itu. Dan sesekali Neyna tertawa terbahak bahak. Lumayan buat mengusir rasa panas dan lelah yang berlebih di siang ini.

Lembar demi lembar di bacanya dan terjatuh kertas putih dengan tulisan penuh.

Bukan tulisan tangan...mirip brosur... atau lebih pas nya adalah selebaran.
Mengenai bahaya merokok. Neyna geli membacanya selebaran tersebut. ngeri juga bacaanya. Tertulis detail mengenai bahaya merokok, dan penyakit penyakit yang bisa mematikan karna rokok.

”hmm... ini pasti tak tik tante Elis supaya Reza itu ga terlalu doyan dengan yang namanya Rokok. Lucu juga cara tante Elis itu ngingetin anak nya.” ucap Neyna lirih dan membaca selebaran itu.

Mungkin kalau Reza di marain itu ga akan membawa efek jera. Karena cowo itu memang badung pada umumnya jarang ada yang mau nurut bila di nasehatin. Cara ini memang lebih mematikan. Jadi punya ide yang sama buat nakut nakutin kakak di rumah yang hobi rokok.
”hmm.... boleh juga nih buat nakut nakutin mas Arga di rumah, biar dia kapok dengan rokok.”

Neyna mengambil selebaran itu dan menyimpannya berniat untuk mengkopi dan menyelipkan selebaran itu di koran yang kakaknya sering baca tiap pagi. Karena mungkin dengan cara kaya gitu bisa mengerem dan sedikit mengendalikan kakaknya untuk mengurangi konsumsi rokoknya.

”Neynaaa....... delivery nasi bungkusss.....”

”asikk... mana mana?? Udah laper ni saya... berapa Sar tadi? ”

”ga tau tadi mbak iroh aku suruh itung sekalian punyaku, kata dia ntar aja gapap kalo buat non Neyna, aku catet aja mbak, ntar biar non Neyna kalo kesini sekalian bayarnya.”

”hahahaha... iya deh bagus... makanya tuh kamu buat ICM... iroh card member....kartu member pelanggan mbak iroh. Jadi bisa bon dulu.... dan dapet potongan pada saat pelunasan.”

”iklan mbak iroh.... di bayar berapa bu ma mbak iroh buat promosi??”

”ga dibayar bu... ini promosi sukarela...anda harus mendukung juga dunk. Ih beneran yah.... aku mau usul ke mbak iroh, aku suru dia buat ICM untuk para pelanggan setianya. Kan lumayan tuh bu, kalo bida dapet potongan saat pelunasan bon?”

”ga usah pake ICM Ney, pacarin aja adeknya mbak iroh... tuh kan... kamu bisa diuntungkan oleh dua keuntungan. Pertama makan gratis... kedua kosnya gratis... serba gretongan deh...”

”hahahha... ada ada aja Sar kamu ini.”

Obrolan mbak iroh menutup perbincangan mereka disiang ini. Neyna sengaja mengosongkan waktunya untuk istirahat dari kegiatan apapun.



Keesokan harinya neyna dikagetkan dengan suara cempring di Reni yang selalu datang tak di jemput pulang tak diantar.

”Neeeeeyyyynaaaaa.....”

”idih... bisa kecilin volumenya ga sih bu? Ntar aku dimarahin pak rt gara gara dikira punya piaraan aneh dengan suara aneh loh.”

”ih... Neyna.... kan suara aku itu imut imut... Fani juga mengakuinya koq??”

”fanii??? Mengakui suara kamu imut sayang?? Gimana ceritanya???”

”iya... kan kita sering telp telp nan sekarang Ney, udah mule akrab gitu deh... ngobrolin si kimut.... aih... terus dia juga kalo aku telp dari no baru gitu kan dia ga tau tuh ya itu yang telp sapa, karna aku kan pake no asing. Eh.. dia biasa langsung tebak itu aku ney... aduh... terus aku kaget ko kamu bisa langsung tebak itu aku sih? Dia jawab ya iyalah... suara kamu kan ga ada yang saingin dan nyamain. Berarti kan Ney... itu tandanya suara aku imut imut Ney... sherina aja kalah... coba aja kalo aku serius di dunia tarik suara... uh... pasti.... gita gutawa lewat ney.”

”hahahhaha...... kamu cocoknya jgn tarik suara sayang.... tapi tarik tambang aja yah... tuh lebih cocok Ren... ga perlu kuat tarik tambangnya cukup kamu teriak saja saat pertandingan... dijamin.... tuh lawan bakal tak berkutik dan bersiap menutup telinga... alhasil kamu pasti selalu menang sayang....”

”iya juga yah Ney..... di kampus kita ada ga sih eskul tarik tambang???” tanya Reni balik menimpali Neyna.

”hahahaha sayangnya kampus kita belum ada eskul itu Ren... besok kalo papahmu jadi rektornya... kamu bisa usulin tuh buat eskul tarik tambang. Dasarrrr Reni yan aneh...”

”hmmm... aku jadi lupa dengan tujuan utamaku kan...??? huhuhu tujuan utamaku hari ini adalah kamu harus temenin aku belanja....”

”hah???? Belanja??? Kamu kan kemarin habis belanjaa.... masa belanja lagi?? Mang mu cari apaan sih Ren??”

”eits... ini aku punya proyek baru... event baru Ney, yang bener bener akbar.”

”apa Ren?? Papah kamu jadi promotor apa mang? Mu ada acara apa mang???”

”pokoknya deh... buruan ganti baju sih... aku tunggu, ntar aku jelasin di jalan aja”

”oke.... tungguin diluar gih aku mu ganti baju ma dandan dulu.”

”yups... buruan yah Ney..”

”iyooo”

”jadi sebenernya ada acara apa sih Ren?” tanya Neyna yang makin penasaran.

”ada acara penting yang memerlukan banyak persiapan dan aku harus oke disitu.”

”apaan?? ”

”aku ntar malem mau jalan sama Faniiiiii...”

”ya ampun.... kirain acara apaan Ren.... heboh banget kayanya... ternyata Cuma fani...ckckckck”

”idih... kok Cuma sih.... heboh dunk sayang... faniii gituu.... fanii...”

”ati ati dibabat cewenya tau rasa loh.”

”tenang.... aku sudah selidikin semuanya. Kang pardi sudah saya utus dalam dua minggu mengikuti di fani dan mencari tau apa saja tentang di fani... semuanya.. dan ternyata fani baru aja putus ma pacarnya... alhamdulillahh.... tuhan mengabulakan permintaanku.”

”ya allah... ada ya ... makhluk mu ini... permintaan doa kok aneh aneh...”

”tapi kan ga aneh menurut ku.” jawab Reni membela

”iya deh... jadi kita mu kemana hari ini?”

”kita ke salon dulu, trus ke Cie Mall mu cari baju, sepatu, tas, dan lain lain.”

”hmm..... disiksa di hari libur... kalo kamu bukan teman baikku mending aku kabur sekarang dari mobilmu ini.”

”owh... so sweet.... muah... kamu memang teman baikku sayang...”

Menanti...menunggu...bengong... mondar mandir... menunggu si tuan putri Reni sedag di poles di salon... hmm... ada yang minta di kriting rambutnya... liat harilnya jelek terus  inta dilurusin lagi, creambath, spa, pedi meni, idih.... mpe lumutan aku di pasang nungguin dia. Dah kaya model salon disini duduk di ruang tunggu persis di sebelah pot bunga di salon itu... lama lama aku jadi lumut ngehiasin bunga disebelahku ini. Untungnya masih ada inet gartis dari salonnya... lumayan dari pada lumanyun lah... menghilangkan penat yang membosankan ini.

”oke sayang... nanti jemput aku lagi yah... mama ikut denganku sayang.”

”iyah telp aja kalo kamu udah selese. Ma, aku tinggal ya ma.”

Tak sengaja Neyna melihat Dana yang sedang mengantar Denis ke salon yang sama.

Malas menyapa, neyna sok sibuk dengan dunianya. Pura pura tak melihat namun tetep saja mengintip gerak gerik mereka.

”ma, mama gapapa tunggu disini.. Denis Cuma bentar sih ma, Cuma mu rapiin alis aja kok.”

”iya... mama tunggu disini aja den.. gapapa..”

Neyna mengambil majalah yang ada di meja dan menutupi wajahnya sambil berpura pura membaca ketika dia melihat wanita yang bersama Denis mendekati ke arahnya, dan duduk tepat disebelahnya.
Wanita cantik dengan dandanan calm dan elegan itu menarik perhatian Neyna.
Dan bergumam dalam hati.. mama denis cantik dan sabar sekali sepertinya...

Dia sibuk menonton tivi dan Neyna pun sibuk dengan hape nya.

”nungguin juga yah?” tanya wanita itu pada neyna

”iya tante... nungguin temen. Tante juga nunggu putrinya yah? Seneng yah punya mama yang sabar kaya tante... mau nemenin putrinya ke salon.”

”hehehe... iya tante dari pada bengong di rumah diajak jalan jalan.. sama calon putri..”

”calon putri??”

”iya... maksudnya... calon anakku.”

”oh... jadi mbak nya tadi pacarnya anak tante yah?? Wah... senang sekali punya ibu mertua seperti tante... mbak nya beruntung banget.”

”ah... adek ini bisa saja. Kuliah atau kerja disini.?”

”kuliah tante... kenapa tante>? Wajah saya terlihat tua yah?”

”eh... engga sapa bilang terlihat tua?? Masih imut gitu ko..”

”hehehehe tante ini bisa ajah... jadi tadi itu anak tante yah? Bukannya itu penyiar radio tante?”

”iya bener... ko kamu tau? Kamu kenal ya ma Dana anak tante?”

”kebetulan saya suka dengerin radio dimana anak tante siaran, dan suka ngikutin acara yang dia bawa juga tante.”

”oh... pantes ngerti Dana.”

---owh, jadi ini mama dana... cantik... keibuan.. baik... sabar... ramah... dan penyayang.... beruntung banget denis dapet ibu mertua yang sayang banget kaya gini. Mumpung momentnya tepat sedikit interview gratis ah.

”tante... dana itu putra yang keberapa tante?”

”Dana anak tunggal kesayangan tante.”

”owh.... Dana itu anak tunggal yah... sepi donk tante dirumah kalo dana nya lagi siaran.”

”iya.. sepi... Cuma sama ayahnya dana aja. Tapi denis terkadang suka tante suruh main jadi bisa buat temen tante..”

”oh... tadi itu denis ya tante namanya? Cantik.. cocok sama Dana yang juga ganteng... mereka udah pacaran berapa lama tan?”

”mereka udah akrab baik dari smu, setau saya sih dari smu.”

”wah... brarti sudah tahunan ya tante?”

Tante itu menyambut tanyaku dengan senyum manisnya.

Dan tak beberapa Denis muncul..

”loh... kamu... hmm... siapa yah... aku lupa... kamu... yang dulu kita pernah ketemu di radio kan? Waktu acara ulang taunnya Dana?” Denis menyapa dan mengulurkan tangannya.

”hehehe.. iya mbak... Neyna..” membalas jabat tangan Denis

”oh iyaa..... nagapain Ney disini? nyalon disini juga yah?”

”engga mba... cuma tungguin temen...”

”loh... kalian sudah saling kenal ternyata??” ucapa mama Dana

”uda ma, kita ketemu ga sengaja saat denis mu kasih kejutan di radio waktu ultahnya Dana.”

”oh... jadi gitu ceritanya.”

”eh itu, Dana udah jemput ma, ayo ma... Neyna... aku pergi duluan yah ney..”

”iya mbak silakan..”

---Hmm... pemandangan yang membuatku iri... manis... tanpa retak.

Kembali dengan urutan jadwal berikutnya. Setelah puas menyiksa Neyna dengan menunggu selama 5 jam, Reni belum melepaskan Neyna. Lanjut untuk tetap menemaninya belanja banyak barang yang dia butuhkan. Tanpa daya Neyna wajib dan harus mengikuti kemauan si Reni. Malamnya Neyna benar benar kacau kaku... badan dan kaki berasa pegal di pukulin orang sekampung. Alhasil tanpa basa basi tanpa mandi Neyna tepar dengan selamat dan sentosa di tempat tidurnya.

Esok paginya... seusai kuliah Neyna di kaget kan telp dari Dana yang mengajaknya ketemuan. Neyna pun mengiyakan dana janjian untuk ketemu di depan kampus Neyna.

”kenapa mas? Ko tiba tiba ngajak ketemuan?”

”kamu bawa kendaraan ga tadi ke kampus?”

”engga.. tadi pagi aku di jemput temen. Kenapa emangnya?”

”mau ga luangin waktu sedikit buat ngobrolin masalah Reza?”

”Reza??? Kenapa emangnya mas? Uda tau kabar Reza yah?”

”engga... belum tau... ikut aku aja yuks... sekalian aku anter pulang?”

”gapapa gitu mas? Aku takut malah ngerepotin.”

”ga papa. Ayo buruan naik.”

Selama perjalanan... neyna masih bingung sebenernya yang ingin dana obrolin itu apa??

”mas.. emangnya ini kita mau kemana sih?”

”mau ke rumah ku sebentar... kemarin Denis cerita katanya ketemu kamu di salon yah?”

”iya.. memangnya kenapa mas??”

”iya gapapa... dari itu mama juga cerita... terus aku juga ceritain masalah yang kemarin kita obrolin di kafe.”

”lalu?? Apa hubungannya??”
”mamaku ga percaya ada cowo yang mirip banget ma aku, dan mama pengen tau lebih banyak Ney. Mama juga penasaran. Gapapa kan kalo kamu aku ajak ke rumah?”

”oh... gitu ceritanya... gapapa mas... aku juga pengen tanya kemarin Cuma kayanya aneh aja kalo tanya ke mama mu mas.. kayanya aneh aja...”

Merekapun akhirnya meluncur ke rumah Dana. Tampak taman depan rumah mungil yang sangat hijau dimata, berbagai tamanan segar menghiasinya. Dana mempersilahkan Neyna untuk masuk dan duduk sedang dia masuk ke dalam memanggil ibundanya. Tak lama Dana keluar bersama wanita setengah baya yang masih terlihat garis kecantikannya dan terlihat sangat lembut dan keibuan sekali.

“Ma, ini Neyna temen Dana. Dia suka dengerin acara yang Dana bawain juga loh Ma.” Dana memperkenalkan Neyna pada ibundanya.

“Oh… namanya cantik cocok sekali dengan orangnya, mama udah sedikit kenal ko dengan Neyna” Jawab wanita itu dengan senyumnya.

Neyna membalas senyum wanita itu dengan malu-malu.

“apa ma? Katanya mama pengen ketemu lagi dengan neyna?? Ni udah ada neyna di depan mama terus mau diapain ma?”

“Ney, kata Dana kamu punya kenalan yang mirip banget dengan dia yah? Siapa nama temanmu itu nak?” Tanya wanita setengah baya itu ingin tau.

“Namanya Reza tante.” Jawab Neyna singkat sambil mengeluarkan handphone dari dalam tasnya dan memperlihatkannya foto Reza yang ada dim ponselnya pada Mama Dana.

Wanita itu terdiam dan benar-benar mengamati gambar foto yang dilihatnya itu dengan sangat hati-hati dan mengamatinya dengan lekat.
Suasana hening saat itu, Dana diam, Neyna diam dan hanya bisa melihat bunda Dana yang masih tetap mengamati sosok Reza di gambar foto itu.
Wanita setengah baya itu tak lama kemudian terlihat berkaca-kaca dan tetes air mata satu persatu jatuh membasahi pipinya.

“tante.. kenapa ko malah nangis???” tanya Neyna spontan.

“benar.... benar dugaan ku....” tante Linda mulai bergumam lirih dalam isakan tangisnya.

”benar kenapa ma??” dana antusias.

”iyah.. benar apanya tante?” Neyna makin bingung.
”Reza namanya… iya… dia kakakmu. Dia saudara kembarmu yang dulu pernah dibuang oleh nenekmu. Pernikahan mama dan ayahmu dulu tak pernah disukai oleh nenek. Karena Nenek punya calon lain untuk Mama. Nenek berniat menjodohkan mama dengan anak dari salah satu rekan bisnisnya, tapi mama tak pernah menghiraukan perintah perjodohan itu. Hingga pada akhirnya atas bantuan Kakekmu mama bisa menikah dengan ayahmu. 2 tahun setelah menikah mama punya anak yang lucu-lucu sekali dan yang paling buat mama bahagia karena anak mama itu kembar. Sempat beberapa bulan mama sengurus kalian berdua. Entah kenapa Nenekmu begitu tak sukanya dengan ayahmu nenekmu selalu saja mencari cara apapun itu untuk membuat hidup mama dan ayahmu itu tak tenang dan bahagia. Terakhir yang dilakukannya adalah mencoba membuang anak-anak mama. Untung kamu masih ada yang mengenali saat ada di pinggir jalan dan di temukan oleh salah seorang tetangga dan membawamu pulang ke pangkuan mama. Hati mama sedih sekali saat itu, benar-benar hancur rasanya saat kehilangan dua buah hati yang paling mama sayangi. Dengan kembalinya kamu di pelukan mama, itu membuat sedikit sedih mama berkurang. Berbagai cara sudah mama dan ayahmu lakukan untuk mendapatkan kembali kembaranmu untuk bisa mama peluk lagi. Tapi semua nihil, tak pernah ada sedikit titik terang tentang keberadaannya.” Cerita wanita itu dengan isak tangisnya yang tak henti-henti. Dana mendekatkan diri pada Mamanya tercinta itu, dan memeluk tubuh ramping mamanya erat-erar.

“Kenapa Tante engga tanya langsung pada Nenek Dana tentang keberadaan anak tante yang hilang itu?” Tanya Neyna hati-hati.

“Ibu tak pernah mau memberi tau dimana dia membuang anakku. Ibu tak pernah mau membuka mulut tentang itu. Hingga ibu mengalami gangguan jiwa yang hebat karna tekanan dan tudingan jahat dari berbagai pihak hingga akhir usianya dia habiskan di dalam rumah sakit jiwa.” Wanita itu menjelaskan lagi hingga sedikit terbawa emosi dengan perasaannya sendiri.
Dana terlihat hanya bisa mendengarkan cerita mamanya sambil memeluk mamanya erat-erat.

“Sekarang Reza dimana??? Diasuh oleh siapa??? Bagaimana keadaannya???” Tanya mama Dana pada Neyna

“Dia tak pernah terlihat lagi sekarang. Saya juga sedang mencari tau dimana keberadaan Reza sekarang Tante. Dia diasuh oleh tetangga kos saya Tante, saya kenal dia sangat akrab Tante, dia sosok yang menyenangkan, baik, ramah pada siapa saja, dia sosok yang mempunyai pribadi yang menyenangkan Tante.” Jawab Neyna

“Ney.... maukah kamu mengantarkan tante ke rumah orang yang telah merawat dan mengasuh Reza?” Tanya mama Dana pada Neyna

“Oh.. bisa sekali Tante. Kapan aja Tante mau kesana saya pasti antar Tante.” Jawab Neyna.

“Antar Tante sekarang ke sana bisa ga?” Tanya mama Dana lagi pada Neyna dan melihat ke arah Dana untuk meminta persetujuannya juga. Dana menggangguk tanda setuju.

Mereka lalu bersama menuju daerah kosan Neyna. Hari ini cuaca sedikit mendung hingga tak begitu panas seperti hari-hari biasanya.
Sesampainya di daerah kosan Neyna, Neyna mengantar Dana dan Mamanya menuju rumah Tante Elis yang tepat da depan kosnya itu.
15 menit berusaha mengetuk pintu depan rumah Tante Elis, tapi tak kunjung jua di dengar sahutan dari tuan rumah.

Dana pun berusaha untuk mengetuk jendela kamar sebelah pintu belakang rumah tante Elis, namun tetap saja nihil. Tak ada jawaban dari tuan rumah.

”koq ga da jawaban yah tante??” tanya neyna pada bunda Dana

”iya Ney, ga mungkin kan kalo yanga ada di dalem ga denger suara ketukan pintu kita dari tadi Ney.” ucap Dana

”mungkin sedang pergi sebentar, kita tunggu saja dulu sebentar disini.” ucap tante Linda dan mulai duduk santai untuk menunggu si tuan rumah.
Hampir satu jam penantian di teras rumah tante elis tak membuahkan hasil.

”Ney... ngapain kamu disitu???” Suara Sarah mengagetkan kecemasan kami bertiga.

”’eh, Sar dari mana kamu?”

”dari supermarket pojok Ney, beli cemilan... loh.... mas Reza? Ko baru keliatan lagi??? Kemana aja selama ini?” Sarah yang baru sadar bila ada sosok Dana di depannya bersama Neyna

”bukan .... ini bukan Reza, ini Dana Sar... Dana.... oh iya, ini kenalin tante.. Sarah temen kos Neyna.”

”Sarah tante...” Sarah mengulurkan tangannya mengajak berjabat tante Linda

”Saya Linda... ibunya Dana”

”terus ngapain kalian dari td disini?” tanya Sarah pada Neyna

”aku mau temuin tante Elis Sar, aku pengan ungkap semuanya, aku pengen tau Sar. Sudah cukup rasanya aku itu termakan rasa ingin tahuku.” Neyna meluap luap

”tante Elis yah... Kayanya kamu telat 5 menit Ney... tadi barusan aku liat tante Elis pergi di ujung jalan, sempet senyum menyapaku juga. Tadi dijemput laki laki ga tau siapa.” cerita Sarah pada Neyna.

”aduh.... lama ga ya Sar kira kira perginya?” tanya Neyna

”wah... ga tau Ney mana aku tau juga Ney.... ya udah temuinnya besok aja Ney.” saran Sarah pada Neyna.
Neyna mengalihkan pandangan ke arah tante Linda dan Dana yang juga terlihat cemas.

”Gimana Dan... Tante?? Mau kita tunggu atau kita dateng lagi besok??” tanya Neyna pada Tante Linda dan Dana

”besok aja Ma kita datang kesini lagi...” Dana mencoba menawarkan solusi pada mamanya

”tapii mama pengen ketemu dengan ibu angkat Reza sekarang...” tante Linda bersi keras untuk tetap tinggal

”tapi tante.... sampe kapan kita mau tunggu disini? Sementara kita ga tau tante elis juga pulangnya kapan?” Neyna menambahkan

”tapi.......” tante linda berkata lirih dan terlihat mulai meneteskan air matanya untuk yg kesekian kalinya.
Dana segera mendekat kan badannya ddan merankul badan langsing tante Linda ke pelukannya.

”Ma..... jangan nangis terus ma... harusnya mama itu seneng... kita akhirnya bisa menemukan sodara kembar Dana... anak mama yang sudah hilang belasan tahun.” Dana menenangkan sang mama.

”iya... tante..... sabar dulu yah tante... kita pasti bisa ketemu Reza. Mungkin hari ini tante Elis lagi ada urusan penting. Gimana kalo kita temuin nya besok aja tante? Nanti Neyna coba cek dulu tante Elisnya ada atau engga, kalo Tante Elis memang ada nanti Neyna langsung hubungi Dana atau Tante. Nanti kita ke sini lagi sama sama Tante?” Neyna kembali mencoba menenangkan Tante Linda.
Dengan lumayan sulit membujuk Tante Linda namun akhirnya Tante Linda menyerah dan mengikuti apa yang disarankan Neyna.
Pulang tanpa membawa hasil.... namun setidaknya Neyna mengetahui apa yang belum dia ketahui tentang mas Reza. Ternyata mas Reza itu memiliki kembaran yang benar benar nyaris sama.

Pagi ini Neyna bangun lebih pagi dari ayam jago pak RT.... entah apa yang membuatnya resah semalaman suntuk. Pikiran kacau, perasaan cemas, dengan kondisi hati yang penuh terkaan dan dugsaan.
Selesai sholat subuh, Neyna memakai jaket dan celana trainingnya dan keluar dari kosan untuk jalan jalan pagi sekalian mencari tau apakah tante Elis sudah ada di rumahnya.

Melewati rumah yang dulu selalu ramai dengan canda tawa teman teman mas Reza... petikan gitar dan suara mas Reza.... asap bakaran tembakau yang selalu dihisap mas Reza...
Hmm... sekarang begitu sepi... mencoba melihat dan memantau sekeliling rumah dengan bangunan agak kuno itu dengan teliti dan memastikan bahwa ada orang di dalam rumah itu. Karna jendela kamar depan terbuka dan halaman rumah yang sudah bersih rapi tidak seperti hari kemarin.

Matahari sudah tak malu lagi untuk memancarkan senyum melalui sinar dan hangatnya.
Tak ingin membuang waktu terlalu lama, seusai mandi dan beres beres kamar Neyna langsung menghubungi Dana...

”haloo... iya Ney, ada apa?”

”mas dana lagi dimana? Jadi ga kita temuin tante Elis lagi?”

”oh... pastii harus jadi, mama udah tanya terus, cuma aku juga bilang tunggu kabar dari kamu dulu. Ya udah... kapan kita kesana Ney?”

”Ney dah siap mas... mas Dana dan Tante Linda kesini aja sekarang mas, Ney tunggu. Tadi pagi Ney coba cek rumah tante elis sepertinya tante Elis sudah pulang mas.”

”oke... aku mungkin setengah jaman lagi sampe ke kos mu Ney, tunggu yah...”

”oke... aku tunggu mas.”

Setengah jam berlalu ternyata mas Dana memang menepati janjinya, tepat setengah sepuluh untuk waktu pagi ini. Tante Linda terlihat cantik sekali mengenakan baju ungu. Terlihat garis kemiripan saat tante Linda tersenyum simpul dengan Mas Reza. Membuat Neyna makin ingin segera menemui mas Reza.

”Ney... ayo kita segera kesana...” ajak tante Linda tanpa basa basi.

”tapi Ney... aku ada urusan sebentar Ney, dan ini penting banget, masalah kerjaan, kalo kamu temenin mama ke tante Elis tanpa aku gimana Ney? Nanti kalo

“Ma, Dana tinggal dulu yah. Mama di temenin Neyna aja yah. Ga pa pa kan ma? Nanti mama telpon Dana klo udah selese, ntar Dana jemput mama di sini. Ya ma yah.” Ucap Dana pada mamanya

“Oh… ya udah ga papa. mama di temenin sama Neyna aja. Iya nanti mama telvon klo uda selese yah.”

“Ney, titip mama ku yah.”

“OK…” jawab Neyna santai

“Permisi… Tante Elis???” ucap Neyna mencari si tuan rumah.
Dengan dandanan seadanya Tante Elis keluar dari dalam rumahnya.

“Eh…Neyna??? Ada apa tumben nih maen ke sini? Ayo masuk Ney.”   Sapa si pemilik rumah seraya mempersilahkan tamunya masuk.

“Neyna ganggu ga ya Tante?” Tanya Neyna basa basi

“Ah ga ko, ga ganggu. Duh… masa sih ganggu, orang tante juga lagi ga ngapa-ngapain. Ayo silahkan masuk, duduk Ney” jawab tante Elis

“Gini tante, Neyna datang kesini mau nganterin aja. Ada yang pengen ketemu dan ngobrol sama Tante.” Jelas Neyna

“Kenalkan saya Linda.” Perkenalan dari Mama Dana.

“Oh… iya, saya Elis. Ada perlu apa yah datang kesini? Mau cari saya atau siapa?” jawab Tante Elis

“Begini, maksud kedatangan saya ini. Saya ingin tau saja tentang seseorang yang bernama Reza. Apa benar anda ini ibunya?” Tanya mama Dana hati2

“Reza??? Iya… dia anak saya, kenapa memangnya?” jawab tante Elis bingung.

“apa benar dia anak kandung ibu????” Tanya mama Dana mencoba meyakinkan tentang jawaban Tante Elis.

“Ada apa memangnya? Sepertinya ibu ini meragukan saya sebagi ibu Reza?” Tanya balik dari Tante Elis

“Saya ibu kandung Reza… saya yang melahirkan dia..” awab Tante Linda

“Oh… dari mana ibu bisa bilang begitu? Apa buktinya kalau ibu ini ibu dari Reza, saya itu ibu Reza yang mengasuh dan membesarkan dia??” Tanya Tante Elis tak percaya

“Waktu bayi saya memakaikan gelang emas mungil di lengan kanannya dengan tulisan namanya di situ. Dan saya punya gelang yang sama milik kembaran Reza.”

Seraya mengeluarkan gelang emas mungil bertuliskan nama Dana disitu.
Kaget melihatnya, tante Elispun akhirnya bercerita panjang lebar tentang kisahnya ketika menemukan Reza dulu. Bahwa yang menemukan bayi Reza pertama kali adalah adik sepupunya ketika dia iseng jalan-jalan tak sengaja melihat seorang bayi mungil yang lucu tergeletak menangis menjerit-jerit di pinggir jalan yang lumayan sepi, tak tega melihatnya maka dibawanya pulang bayi mungil itu. Sesampainya di rumah adik sepupu tante Elis yang bernama Om Rudi bingung bagaimana dia mengurus bayi? Dia hidup sendiri di rumahnya, kerjaannya menghabiskan waktu lama di luar kota. Ketika itu Rudi mengingat kakanya Elis yang telah keguguran 6 bulan yang lalu, Rudipun menceritakan semuanya pada Tante Elis. Karena merasa kesepian setelah kepergian suaminya yang entah pergi kemana dan tak pernah pulang lagi, Tante Elis bersedia untuk mengasuh dan merawat anak itu seraya mencari tau tentang siapa orang tuanya. Bekas dan jejak yang dia dapatkan hanya nama dari gelang yang dipakainya pada saat itu tanpa identitas lainnya.

Semuanya terbongkar pada saat itu. Dan hening ketika Neyna menanyakan sesuatu.

“Tante… sekarang Reza dimana Tante? Neyna pengen ketemu banget ma dia Tante. Bisa ga Tante kasih tau.” Mohon Neyna pada Tante Elis.
Tante Elis diam sejenak mendengar permintaan Neyna.

“Ayo sini Tante ajak ke kamar Reza di atas, mungkin ada sesuatu yang harus kamu tau hari ini.” Ucap Tante Elis dan mengajak Neyna dan Mama Dana ke kamar Reza.

Kamar dengan ukuran 3x3 itu sepertinya sepi, namun semua benda di dalamnya tertata rapi sekali. Aroma sosok Reza tercium di sini. Tante Elis mengajak Mama Dana dan Neyna masuk kamar Reza. Tante Elis membuka tirai kamar yang sepertinya sudah lama tak pernah dibuka. Sebuah buku gambar mungil yang ada dia tas meja menjadi perhatian Neyna, Neyna mencoba membuka lembaran-lembaran buku gambar itu. Sungguh terkejut ketika ia mendapatkan gambaran halus goresan pensil di tiap lembaran buku itu, sosoknya ada dan menghiasi semua halaman buku itu. Sosoknya dari berbagai gaya khas Neyna. Batinnya makin merindukan sosok Reza kembali di sampingnya.

“Jangan heran… Reza tak pernah bosan Ney, buat gambar-gambar wajah kamu di situ.”  Ucap Tante Elis padanya.
“Itu tumpukan apa Tante??? Boleh Neyna liat???” pandangan Neyna sudah mulai beralih pada tumpukan kertas yang begitu bangyak dan tertumpuk rapi di sebelah mejanya. Puluhan kertas,,, oh tidak nampaknya ratusan kertas,,,

“Oh… itu… pesenan Reza buat acara di radio Frezz. Dia minta Tante kirim pesan-pesan itu tiap harinya.” Jawab Tante Elis

Terperanjat Neyna mendengar jawaban itu. Pesan apa yang Rezza kirim segera tanpa basa basi Neyna mengambil salah satu kertas dari tumpukan kertas yang ada…

Oh… TUHAN…. Betapa kaget Neyna melihat semua itu. Ternyata selama ini yang mengirimkan pesan-pesan dan puisi-puisi cinta untuknya lewat acara secangkir cinta diujung senja itu tak lain dan tak hanya adalah REZA. Raymon itu adalah Reza????

Sebegitukah Reza padanya??? Butiran air mata haru dari mata bulat Neyna menetes tapa rasa malu. Sementara itu mama Dana masih terus sibuk melihat foto-foto anaknya yang ada di dalam kamar itu dan merasakan kangennya pada anaknya itu.

“Sekarang Reza ada dimana?” Tanya Tante Linda pada Tante Elis

“Reza lagi istirahat, dia habis sakit. Dan katanya memang lagi ga mau diganggu. Dia memang butuh istirahat untuk ketenangan dirinya.” Jawab Tante Elis menjelaskan.

“Memang dia sakit apa Tante?? Kenapa ga pernah cerita sama Neyna??”

“Dia ga mau orang lain tau kalau dia lagi sakit Ney. Dia minta Tante jaga rahasia itu apalagi dari kamu. Dia ga mau kamu sampai kuatir tentang kesehatan dia. Itu permintaannya Ney.” Jawab tante Elis

 “Tante… Neyna boleh ketemu ma Reza?? Tante mau kan anterin Neyna temuin ma Reza???” pinta Neyna pada Tante Elis.

“Iya saya juga pengen lihat dan bertemu langsung dengan putraku yang sudah lama tak pernah ke peluk lagi.” Ucap Mama Dana menambahkan.
Tante Elis terlihat diam sejenak dan berkata kembali.

“Baiklah… aku akan bawa kalian ke tempat Reza. Kapan??? Sekarang?? Sore ini???” Tanya Tante Elis

“Boleh… lebih cepat lebih baik. Aku sudah tak sabar ingin memeluk anakku yang sudah lama tak pernah aku jumpai.” Ujar Mama Dana semangat dan segera menelpon Dana untuk menjemput mereka agar mengantarkan mereka ke tempat Reza sekarang.

Begitu Dana datang, giliran Tante Elis yang dibuat kaget setengah mati. Melihat sosok Dana yang benar-benar sama persis dengan Anak yang selama ini diasuhnya. Serasa tak percaya, dia memandangi Dana tanpa berkedip sedikitpun.

“Ini anak saya, Dana namanya. Ini adik dari Reza, mereka terlahir kembar. Reza yang pertama lahir dan menyusul dia lahir juga. Mirip ya dengan Reza?” ucap Mama Dana menjelaskan dan memperkenalkan Dana pada Tante Elis.

“Sore Tante… saya Dana Tante, bukan Reza?? Mirip banget ya Tante??” ucap Dana pada Tante Elis yang tak enak menerima tatapan yang begitu seriusnya.
Sorepun mengiringi kepergian mereka menuju tempat Reza. Jalan demi jalan yang dilalui membuat hati Neyna bergedup kian kencang dan tak menentu. Yang ada di pikirannya saat ini adalah kata-kata apa yang akan dia katakan di depan Reza pada saat dia bertemu dengan Reza nanti. Ingin marah rasanya batin Neya dengan menghilangnya Reza tiba-tiba, namun segala kerinduan yang tak terbendung dan semua yang telah dia tangkap dari isi kamar reza membuat hatinya makin ingin cepat bertemu dengan Reza dan mendekap erat tubuhnya hingga tak bisa menghilang tiba-tiba lagi.

“Dimana Tante? Masih jauh ya rumahnya?” Tanya Dana pada Tante Elis sambil memegang kendali setir mobilnya yang terus melaju.

“Bentar lagi juga sampai ko.” Jawab Tante Elis.

Cukup jauh juga jalan yang harus dilalui untuk menemui Reza. Terlihat banyak bunga-bungaan yang tertata rapi dan enak dilihat terhampar di sepanjang jalan menuju tempat Reza. dan kita harus menghentikan mobil sebelum masuk tempat tersebut. Kata Tante Elis jalan menuju tempat Reza terlalu sempit jadi mobil tak kan bisa mungkin masuk ke sana. Lalu mereka melanjutkan dengan berjalan kaki. Udara sore itu terasa dingin menusuk kulit. Batin Neyna makin tak karuan saat ini. Langkah mama Dana terasa lebih cepat seolah-olah dia memang tak sabar untuk bertemu dengan anaknya yang sudah lama hilang itu. Suasana yang aneh menyergap Neyna, Tante Linda, dan Dana. Tampak aneh di mata mereka.

“Rumahnya dimana sih tante??? Emangnya ga ada jalan lain yah?? Memangnya hanya ada satu jalan ini ya? Udah jalannya sempit banget, banyak pekarangan pekarangan ga keurus, dah gitu lewat makam lagi??? Masih jauh yah tante??” Tanya Dana yang mulai terlihat lelah.

Tante Elis tak menjawab pertanyaan Dana kali ini dia tetap berjalan terus tanpa menghiraukan kata-kata Dana tadi. Hingga langkah Tante Elis terhenti dan mencari-cari sesuatu. Dan berbalik beberapa langkah dari langkahnya. Mereka mengikuti tante Elis berbalik. Dan langkah tante Elis terhenti di sebuah makam. Tertulis jelas di batu nisan makam itu Reza Bimantoro dengan tanggal tepat di bawah namanya 30-08-2007.

Tak bisa berkata-kata dan hanya bisa menyaksikannya dengan rasa tak percaya. Kaki Neyna lemas seketika, Neyna jatuh berlutut tepat di depan makam Reza. Tante Linda spontan berteriak dan menangis sejadi-jadinya di pelukan Dana. Rasa tak percaya dan sedih yang terasa di sore itu bagai sebuah rangkaian yang melengkapi cuaca mendung di sore itu. Tetes air mata tak tertahankan, meluncur deras di pipi Neyna. Semuanya terlambat sudah… tak ada lagi sosok Reza kini. Sore itu berakhir dengan kesedihan yang tak pernah disangka-sangka.


Malam ini Neyna tak bisa memejamkan matanya, semuanya terasa amat sangat menusuk di hati Neyna. Neyna hanya bisa memandangi Foto Reza yang terus berada di genggamannya itu.

“Kenapa kamu ga pernah cerita ke aku tentang semuanya? Kenapa kamu pergi tanpa pamit aku? Kenapa kamu jahat ma aku sejahat ini… aku benci Za… aku benci kepergian kamu.” Ucapnya lirih terarah pada foto Reza.

Neyna tertidur dalam tangisnya. Tenggelam dengan mimpinya yang bertemu Reza yang hanya tersenyum melihatnya.

Pagi ini tak kuat rasanya Neyna mengikuti kegiatan kuliahnya. Tubuhnya terasa lemas,,, tak mampu berkata banyak, pagi ini Neyna membuat secangkir kopi hangat untuk mereda kesepiannya. Setidaknya bisa membuatnya lebih tenang untuk pagi ini.

“Ney… da yang nyari Ney…?” Suara Sarah terdengar di balik pintu kamarnya

“Siapa???” jawab Neyna lirih…

“Tante Elis Ney,,, katanya penting banget…” jawab Sarah lagi.

“Oh… suruh masuk aja Sar ke kamar.” Jawab Neyna lagi
Tak lama Tante Elis masuk di kamar Neyna dan terlihat membawa kotak yang entah berisi apa Neyna tak tau.

“Ada apa Tante?” Tanya Neyna seraya menghapus sisa-sisa air matanya.

“Kenapa??? kamu abis nangis Ney? Ney… jangan terlalu larut dalam kesedihan Reza ya. Reza pasti ga kan suka liat kamu kaya gini. Tante ke sini hanya ingin kasih semua titipan Reza ke Kamu. Rasanya sudah ga ada lagi yang perlu Tante sembunyiin dari kamu Ney. Semuanya sudah jelas, satu hal yang kamu harus ngerti Reza tuh sayang banget Ney ma kamu.”
“Kenapa siy Tante ga pernah cerita sama Neyna??? Kenapa Reza pergi gitu aja Tante??? Neyna ga siap…. Neyna ga siap…! Sebenernya kenapa Reza ngelakuin kaya gini tante??” Tanya Neyna kembali dengan aliran deras air matanya lagi.

“Ney… ini semua permintaan Reza… bukan Tante yang minta. Bukan keinginan dan ide tante juga. Reza menitipkan semua tumpukan pesan ini untuk Tante kirim di Radio Frez yang tante juga ga tau ternyata penyiar dari acara itu adalah saudara kembar Reza. Reza ingin tiap pesannya bisa tetep qm dengerin meski dia udah ga ada lagi. Dia ga mau kamu merasa kesepian. Dia hanya ingin menghibur hati kamu atas kepergiannya yang tanpa kabar itu. Dia kena penyakit paru-paru yang sangat parah Ney karena kebiasaan rokoknya yang tak pernah berhenti itu. dia pergi sebelum kematiannya Ney. Dia sengaja menjauh dari kamu karna dia ga mau kamu sedih karena keadaannya itu Ney. Dan tante dah di janji ga boleh kasih tau apapun ke kamu mengenai itu.” ucap tante Elis menjelaskan pada Neyna, titik-titik air mata itu jatuh di pipi Tante Elis, Neyna mendekat dan memeluk tante Elis dan sama-sama menangisi tentang cerita yang telah di dengarnya itu.
Tak berapa lama Tante Elispun pamit untuk pulang.



Lamunan Neyna selalu tentang bayang Reza. Sebegitunyakah Reza takut meninggalkannya hingga dia benar-benar seperti sudah menyiapkan segalanya. Pikir Neyna tak henti-hentinya.
Suara ponselnya mengagetkan lamunannya.

“Haloo…” sapa Neyna menjawab telfon yang ada.

“Iyah.. Ney… ni Dana, sorry niy pake no kantor. Eh.. ntar sore bisa ketemu bentar ga? Aku mau bicara bentar?” jawab Dana dari ujung telvon.

“iya boleh… jam berapa? Dimana?” Tanya Neyna pada Dana

“Mmm gimana klo jam 4an? Di tempat biasa yah? Gimana?”

“ok… aku pasti dateng!”

“Ok… mpe ntar sore yah…”
Klik… suara sambungan telvon terputus…

Sore ini hari terlihat sangat gelap tak seperti sore-sore biasanya. Neyna menuju ke kafe dengan sepeda motornya dan berharap tak terjebak hujan di tengah perjalanan.

Sesampainya di kafe, Dana sudah terlihat di meja paling pojok dengan senyum manisnya dan melambai-lambaikan tangannya setelah melihat sosok Neyna yang sedang mencari-carinya. Neynapun segera menghampiri Dana yang lagi duduk sendirian itu.

“Hai… dah lama nunggu yah?” sapa Neyna.

“Ga juga ko. Kenapa tu mata neng? Ko sembab gitu? Nangis semaleman yah? Udah jangan terlalu dipikir dan terlalu larut dengan kesedihan di pikiran kamu itu yah. Lagian Reza juga udah tenang Ney di sana kan?” ucap Dana pada Neyna.

“Ga papa ko. Yah namanya juga masih kaget mas... btw da apaan nih tumben ngajak ketemu?”

“Iya cuma mau kasih ini aja ke kamu. Kayanya kamu yang lebih berhak nyimpen benda ini deh dari pada aku Ney.” Ucap Dana seraya mengambil sebuah pemantik api dari saku bajunya itu.

“Kenapa kamu kasih ke aku Mas?” Tanya Neyna lagi.

“Ga pa pa. kayanya Reza emang sengaja kasih petunjuk itu buat menguak tentang Raymon melalui aku. Dan ternyata sepertinya selama ini Reza dah mengikuti aku dan semua kegiatanku. Dia sering maen ke radio Ney, tapi orang-orang radio ga tau itu Reza dan mereka semua pikir itu aku. Jadi Reza sengaja gitu seperti ninggalin korek api ini di tempat siaran. Dan salah seorang penyiar nemuin ini dan taunya klo ini punyaku, padahal ini punya Reza Ney.” Cerita Dana menjelaskan seraya menerima pemantik api itu Neyna melihat-lihat tiap sisi dari pemantik api itu.

“makasih ya maz… kamu sudah bantuin aku buat tau semua ini. aku dah ngerepotin kamu gini.”

“Iya… ga pa pa lah… lagian da untungnya juga kan? Aku bisa tau klo sebenernya aku ini punya sodara kembar. Yah… meskipun ga bisa ketemu secara langsung ma dia. Tapi aku seneng tau semuanya Ney.”

“oh… iya… apakabar dengan Denis? Ko ga di ajak sekalian Mas?” Tanya Neyna

“Dia lagi sibuk dengan kerjaannya Ney.” Jawab Dana

“Ya udah Ney… aku ga bisa lama-lama nih. Da jadwal siaran lagi soalnya. Ga pa pa kan? Makasih yah dah mau ke sini. Oh ya… kamu ke sini ma sapa? Mau aku anterin pulang sekalian ga?” pamit Dana pada Neyna dan menawarkan untuk mengantar Neyna pulang.

“Oh… ga usah mas. Makasih… Neyna pulang sendiri aja mas.” Jawab Neyna dengan senyum manisnya.
“Oh… ya udah… ati-ati yah di jalan. Jangan sedih terus yah. Jadi cantiknya luntur loh kebuang sama aer mata…” canda Dana menghibur Neyna.


Malem ini sepi terasa sekali menyelimuti Neyna… sambil tiduran di tempat tidurnya Neyna memainkan pemantik api Reza itu dengan menyala dan mematikannya. Neyna terkadang memperhatikan ukiran namanya di salah satu sisi pemantik api itu. Lalu iar matapun menetes kembali di pipinya lagi. Tuhan… cobaan apalagi ini???  

“Lagi lagi aku inget kamu Za… kamu lagi apa di sana? Kangen aku ga? Aku kangen banget Za ma kamu.” Ucap Neyna lirih dan mengusap air matanya sendiri. Angin malam itu terasa memaksa masuk kamarnya, dingin menusuk kulitnya. Neyna melihat kea rah jendela kamar nya yang ternyata belum tertutup dan segera beranjak dari tempat tidurnya untuk segera menutup jendela itu.

Pandangan matanya tertuju pada satu benda yang belum ia sentuh… oh… iya… benda yang di bawa tante Elis tadi siang. Neyna mendekat dan membuka kotak itu dengan hati-hati lembar demi lembar di baca Neyna. Semua tentang pesan dari Raymon, pesan tentang perasaannya itu. pesan yang sudah tertata rapi untuk dikirim pada Neyna dan paling membuat Neyna kaget tak terkira di balik semua itu adalah Reza. Lembar demi lembar di baca Neyna pesan-pesan cinta dari seseorang yang bernama Raymon yang tak lain adalah Reza itu benar-benar menyentuh hatinya. Hingga Neyna tak sanggup membacanya dalam waktu singkat dan hanya melihat-lihat seklias saja lembar demi lembar berikutnya. Dan pandangannya tertuju pada salah satu kertas yang penuh dengan tulisan tebal dari goresan kasar pena yang Dan memngangkat semua lembaran kertas yang ada dalam kotak tersebut, tak sengaja sebuah amplop berwarna merah jambu itu jatuh dari selebaran tumpukan kertas tersebut. Neyna meletakkan tumpukan kertas-kertas tersebut dan beralih ke sebuah amplop yang terjatuh itu.

Terlihat di sana…
Tuk Ney
Di Hatiku….

Tak sabar melihat tulisan di depan amplop itu, Neyna segara membuka amplop tersebut dan membuka apa yang ada di dalamnya. 2 kertas dengan tulisan rapi Reza







Ketika embun pagi hari ini tak lagi membasahi dan menyegarkan rumput liar yang tumbuh dengan kekarnya di kerasnya dimensi kehidupan…

Aku tetap merasa seperti rumput yang terkoyak dalam batinku sendiri dan duniaku yang telah berbeda dengan duniamu kini….

Mungkin saat ini raga ku tlah terpisah dari jiwaku…

Mungkin nafasku tak lagi terasa di dunia ini…

Mungkin saat kamu baca tulisan tanganku ini, aku sudah tak lagi di sisimu…

Dan mungkin ini tulisan terakhir yang bisa aku tulis dengan jaemariku selama aku masih sanggup untuk menggerakkan jemariku ini …

Ney… hanya ini yang aku bisa lakuin buat kamu… hanya ini yang bisa aku perbuat sebelum aku menjumpai malaikat maut yang akan mejemputku esok…

Aku tak lagi mampu Ney menemanimu lagi, aku tak bisa tinggal lebih lama lagi, karna keadaanku ini, keterbatasanku dan kesepianku yang aku tak bisa lagi tuk hadapi sendiri.

Aku ingin bebas sejenak Ney untuk melepaskan yang sebenarnya tak mau aku lepaskan.

Sosok Raymon yang kamu cari itu aku Ney, bukan siapa siapa…

Itu aku…

Aku yang selalu memperhatikan setiap gerakmu… aku yang selalu ingin tau tentangmu.

Aku sudah merencanakan semuanya sebelum aku tiada.

Dan aku hanya ingin satu Ney…

Aku hanya ingin kamu tau bila sesungguhnya aku sayang banget Ney sama kamu…

Tapi aku sadar aku tak mau lebih dalam dekat denganmu karna semuanya mungkin akan menyiksamu karna keterbatasan umurku ini. Aku tak mau kamu terlalu dekat denganku dan kamu sedih atas kepergianku ini.

Aku hanya bisa menghidupkan tokoh Raymon sebagai reinkarnasiku di udara… karena hanya itulah satu-satunya cara untuk menyampaikan keadaan yang sebenarnya.
Aku sudah mencari tau semuanya selama belasan tahun ini, tentang ibu kandungku, tentang saudara kembarku, dan tentang perasaanku padamu Ney.

Namun semua yang aku punya terbatas….

Aku tak kan mampu untuk bertahan selama itu, yang jelas

Aku akan selalu rindu dengan hangat senyummu Ney… aku pun akan rindu dengan suara saudaraku, serta akupun akan merindukan pelukan seorang ibu yang telah melahirkanku ini meski semuanya belum jelas saat aku masih di sini, terlebih lagi aku akan sangat rindu dengan ibu yang telah merawatku selama ini...

Aku cinta kalian semua…. Meski aku selalu merasa yang terbuang…

Dan ketika kenal denganmu aku tak pernah merasa lagi  menjadi yang terbuang.

Kau istimewa Ney…

Kau memberiku sedikit nafas…

Kau memberiku segalanya….

Kau bisa membuatku pun menjadi sangat istimewa di mataku sendiri….

Namun aku tak mampu untuk bertahan lebih lama lagi…untuk mengungkapkan yang sebenarnya padamu Ney, dan aku tau kamu juga tak kan pernah bisa mempercayai nya.  aku harus pergi Ney… relakan dan doakan aku setelah ini. aku tak mau melihatmu bersedih karna aku Ney…

Jaga diri baik-baik aku akan selalu menunggu mu di sini Ney. Semoga kita bertemu di kehidupan yang berikutnya…

Mungkin ini hanya sebuah akhir dari kisah yang aku punya untuk mengisi acara secangkir cinta di ujung senja…

Bila kau merindukanku Ney… cari aku di ujung senja… aku akan selalu menantimu disana….


Reza


Neyna menangis sejadi-jadinya membaca semuanya. Penyesalan menyelimutinya… Neyna tak bisa berkata-kata lagi saat ini semua sudah terlambat, dia telah ditinggalkan oleh seseoarang yang tanpa sadar sangat dia cintai. Cinta itu datang tanpa janji, cinta itu datang tanpa mengenal waktu, cinta datang tak bisa di perkirakan dan cinta ternyata bisa pergi begitu saja. Jangan pernah takut berkata cinta bila kita tahu apa yang kita rasa… selama waktu dan kesempatan masih bersama kita.